Ketakutan

609 77 30
                                    

"Sedikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sedikit...la...gih..."

Bruk

Tubuh itu terjatuh ke lantai begitu saja. Sam meringis menerima sakit yang dia rasakan. Bukan hanya tubuhnya, tapi hatinya juga. Air mata berlomba-lomba turun dan isakannya tak lagi bisa dicegah. Meski mencoba ikhlas dan berdamai dengan keadaan, nyatanya Sam tidak sebaik yang terlihat di permukaan.

"Ndak berguna..."

Sam memukul lemah kedua pahanya yang tidak bisa diajak bekerja sama. Tidak ada yang tahu, bahkan Arbin sekalipun jika selama ini Sam diam-diam belajar untuk berdiri sendiri. Namun dari sekian percobaan yang telah ia lakukan, tak ada satupun yang berhasil. Membuat Sam merasakan kembali perasaan buruk itu.

"Ma...kalau hidup cuma bikin aku nyusahin orang lain, kenapa mama ndak terima aku pulang aja." Bisiknya lagi.

Tidak menutup mata, Sam tahu bundanya kini terlihat lebih lelah karena harus mengurus dirinya dan pekerjaannya. Lino yang biasanya tampil anggun, cantik, dan berkharisma kini tampil apa adanya meski wajahnya masih tetap cantik tanpa polesan make up. Terkadang Sam bisa melihat keriput halus pada wajahnya serta kantung mata dan garis hitam dibawahnya. Tapi Lino selalu mengatakan baik-baik saja.

"ASTAGA...Abang....!"

Teriakan panik itu tak membuat Sam merubah posisinya. Bukan karena tak bisa, dia hanya tak mau. Lalu tubuhnya dibalik begitu saja. Kini dia telentang dengan kepala berada di pangkuan Sky dan Han memastikan tidak ada luka di tubuhnya yang lain.

"Abang...Abang kenapa? Kok bisa jatuh? Abang butuh sesuatu?"

Sam hanya menggeleng pelan. Bisa dilihat wajah khawatir Han yang menatapnya. Adiknya itu kembali memeriksa bagian lain tubuhnya.

"Ayo bawa abang ke kasur dulu." Saran Sky.

Akhirnya tubuh Sam dibawa ke tempat tidur. Han memastikan jika posisi abangnya sudah nyaman. Sam masih diam, membuat kedua adiknya saling berkomunikasi lewat tatapan, bertanya tentang apa yang harus dilakukan.

"Bang...Abang kenapa?"

Sky bertanya dengan hati-hati. Sepertinya abangnya sedang tidak baik-baik saja. Buktinya Sam masih diam dengan memandang kosong langit-langit kamarnya. Padahal setahunya pagi tadi baik-baik saja.

"Kalau abang butuh sesuatu kan bisa panggil kita." Ucap Han menambahi.

Sebenarnya sang bunda tidak ingin membiarkan Sam berada di kamar sendirian selama masa penyembuhan. Tapi anak tertua keduanya itu mengatakan jika baik-baik saja sendirian di kamar. Dia masih bisa melakukan apa-apa sendiri seperti sebelumnya. Tapi semua orang di rumah juga tak membiarkan Sam tanpa memastikan keadaannya baik-baik saja. Mereka tetap bergantian melihat keadaan Sam setiap waktu.

"Jangan bilang lagi abang ndak mau ngerepotin kita?" Tebak Sky.

Sam menoleh, memandang Sky dan mengangguk. Sky menghela napas. Sedikit kesal namun bingung harus kesal pada siapa.

Broken Home (SKZ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang