Dua bulan kepergian ayahnya yang bekerja tanpa kabar, akhirnya malam itu sebuah pesan suara dari nomor tidak dikenal masuk ke dalam ponsel Lino. Suara Chris adalah yang pertama menyapa ketika pesan suara berdurasi kurang lebih lima menit itu diputar. Sam meminta ijin untuk menelepon balik nomor tersebut, namun hanya suara operator yang menjawab.
Kecewa sudah pasti. Inginnya berbicara secara langsung atau berkirim dan berbalas pesan . Tapi nomor yang mengirim pesan kembali tidak aktif.
"Mungkin ayah bener-bener sibuk. Kan ayah udah bilang kalau hapenya lagi rusak dan belum sempet beli baru. Jadi jangan khawatir ya." Jelas Lino.
Ya...dalam pesannya, Chris juga menjelaskan jika handphone-nya rusak dan belum sempat membeli yang baru. Itulah alasan mengapa dia baru bisa mengirim pesan, itupun lewat handphone temannya.
"Bang...ayah udah nggak peduli ya sama kita?"
"Ngomong opo seh kamu? Kan udah bilang kalo hape ayah rusak, jadi ndak isa ngubungin kita." Arbin menjawab kesal.
"Dulu...dulu juga pernah. Hape ayah kejatuhan alat proyek. Tapi ayah langsung beli baru dan hubungin kita ngasih penjelasan. Padahal...itu cuma di luar kota dan ayah baru pergi kurang dari seminggu. Tapi ini..."
"Ojok mikir jelek kamu. Bener kata bunda. Ayah bener-bener sibuk mungkin."
Tapi Sam tidak dengan mudahnya menerima itu semua. Pikiran jelek sudah menghampirinya. Apa mungkin ayahnya memang sengaja membuang dia dan Arbin pada Lino karena merasa terbebani dengan kondisinya?
"Sam...ayah beneran sibuk mungkin. Kan Gio juga udah jelasin sama kamu Minggu kemarin."
Tidak. Penjelasan Giovanni bagi Sam terkesan diulas untuk menutupi sesuatu. Sam yakin jika dokternya itu mengetahui sesuatu tentang ayahnya dan ingin menutupinya.
"Abang jangan mikir berat. Nanti sakit lagi."
Tapi Sam tidak mendengarkan mereka semua. Lebih memilih memikirkan kemungkinan buruk tentang ayahnya. Pada akhirnya, remaja itu meminta ijin untuk kembali ke kamar. Arbin ingin menemani dan langsung ditolak karena Sam mengatakan ingin istirahat.
Lino memandang khawatir pada Sam. Tidak menyalahkan putranya itu jika berpikir buruk. Memang hal ini diluar kebiasaan Chris selama ini. Tapi jika dibiarkan, Sam akan kembali sakit karena memikirkan ayahnya.
"Kalian ngerjain pe'er dulu sana sama belajar. Bunda mau ngomong sama bang Sam."
"Mau ditemenin Bun?" Tawar Arbin.
"Ndak usah. Mungkin Sam mau ngomong sesuatu nanti. Kamu juga belajar sana, atau ngapain."
Meski tak ingin, akhirnya Arbin mengiyakan. Mungkin saja adiknya itu mau berbagi cerita pada bundanya.
Lino mengetuk pelan pintu kamar Sam. Tak lupa membawa susu hangat untuk putranya yang tadi telah disiapkan.
"Bunda masuk ya." Ijinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (SKZ)
FanfictionKeinginan Samudra tidak banyak. Dia hanya tidak ingin merepotkan ayah, bunda, dan saudaranya. Serta ingin memiliki keluarga utuh seperti yang lainnya. ▶️Cerita berpusat pada Samudra. ▶️Saya hanya meminjam tokoh. Tapi nama, ide, dan jalan cerita adal...