Arbin dan Sam

673 96 11
                                    

"Udah baikan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah baikan?"

"Eum...pengen cepet pulang."

"Nanti kalo luka-luka mu wes sembuh. Kamu kan aslinya pecicilan, kalo sampai tulangnya geser pas nanti di rumah kan malah ngeri."

Sam mendengus mendengar ucapan Arbin. Dia cukup tahu diri untuk tidak pecicilan dengan kondisinya yang masih seperti ini.

"Tadi temenmu kesini. Sopo iku jenenge? Sana? Sano?"

"Sannan, bang..."

"Nah itu pokoknya...tapi kamu pas molor, jadi dia titip salam aja."

"Kan dibangunin bisa."

"Ndak enak katanya. Dia lumayan sering jengukin kamu loh. Pas kamu koma itu juga sering jengukin."

Sam tersenyum mendengarnya. Sudah menduga jika Sannan tidak seperti anak-anak lainnya. Tapi mendengar dia memiliki teman yang tulus perhatian membuat Sam terharu juga.

"Kata bunda kapan-kapan ajakin main di rumah atau makan-makan. Eh...tapi kayaknya kamu ndak dibolehin sekolah lagi deh."

"Kok gitu...terus sekolah aku gimana?"

"Yo sekolah di rumah toh...jangan kayak orang susah. Ayah itu arsitek, bunda desainer, kakek nenek punya perusahaan juga. Kita itu kaya sebenernya Sam. Tapi ndak keliatan aja sultannya."

Sam makin merengut dengan jawaban Arbin. Ya tidak salah juga sih. Jika mereka mau, mereka bisa saja membeli mobil untuk masing-masing seperti anak lainnya. Tapi mereka malas. Kalau ada yang mau jadi supir, kenapa harus nyetir sendiri. Dan Arbin adalah supir untuk adik-adiknya.

"Udah jangan mikir itu dulu. Fokus sembuh dulu. Bunda udah konsultasi masalah sekolah kamu. Tinggal nanti gimana keputusan baiknya."

Sam mengangguk-angguk. Tapi sepertinya dia sudah bisa menebak keputusan akhirnya nanti. Jika untuk kebaikannya, Sam menurut saja. Tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya lebih banyak.

"Bang..."

"Apa?"

"Emang bener pas aku koma, kakek nenek kesini?"

Arbin yang dari tadi sibuk mengupas dan memotong apel kini selesai dan menyodorkan potongan apel itu pada Sam. Tapi Sam menggeleng. Dia tidak terlalu suka buah-buahan yang dimakan langsung. Beda lagi kalau di buat es buah atau jus. Akhirnya Arbin yang makan sendiri

"Iya. Tepatnya pas kami pikir kamu nyerah Sam. Kakek nenek langsung terbang ke sini. Jantung ku rasanya ikut ndak berdetak pas dokter bilang kamu udah nggak ada."

Arbin menaruh piring berisi potongan apel tadi ke atas meja. Dia tak lagi nafsu makan mengingat berita buruk itu sepanjang hidupnya.

"Tapi aku tetep disini kan, bang ..."

"Iya. Tapi waktu itu...aku udah mikir kamu bener-bener udah nyerah. Aku ndak bakal bisa liat kamu lagi setiap hari. Ndak bisa peluk kamu. Ndak bisa ketemu sekalipun aku kangen setengah hidup."

Broken Home (SKZ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang