Setelah menghabiskan hari Minggu untuk temu klien dan mencari bahan, Lino berharap agar cepat sampai di rumah dan segera beristirahat. Namun keinginannya haru diurungkan ketika melihat salah satu putranya tiba di rumah bersamaan dengannya diantar sopir tetangga.
Banyak pertanyaan dalam kepala Lino. Namun ketika melihat putra bungsunya yang terpaku dengan tatapan bersalahnya, sepertinya wanita itu tahu sesuatu.
"Bin...biar bunda aja yang jagain Sam." Ucap Lino pada putra sulungnya yang masih betah duduk menunggui adiknya.
"Ndak opo Bun. Biar Arbin aja. Sam kalau sakit rewel. Bunda kan capek habis kerja." Balas Arbin masih memandangi adiknya yang terlelap.
Sam tadi sempat sadar dan Arbin mengajaknya untuk kembali ke kamarnya dan Sky. Padahal bunda sudah menawarkan kamarnya atau kamar Elio agar Sam tidak perlu kesusahan. Tapi Arbin langsung menolak.
" Ya udah. Nanti kalau butuh opo-opo panggil bunda aja yo."
"Iya Bun."
Lino akhirnya memilih untuk beranjak. Dia sendiri juga lelah sebenarnya. Mungkin dia bisa membiarkan Arbin untuk menjaga Sam dan esok dirinya bisa bergiliran jika kondisi putra keduanya itu masih belum mengalami perubahan.
Sebelum turun, Lino menyambangi kamar di depan kamar Sam dan Sky, yaitu kamar si kembar berisiknya. Karena anak-anaknya itu termasuk anak yang disiplin waktu, tentu jam segini mereka telah terbang ke alam mimpi. Para remaja itu tidak akan begadang tanpa alasan atau ketika akhir pekan. Bahkan Sky yang terkadang lupa waktu karena belajar juga telah terlelap di kasur tambahan yang biasa digunakan oleh Arbin.
Lino menutup kembali pintunya dan memutuskan untuk segera turun. Saat melewati dapur, wanita itu tak sengaja melihat putra bungsunya yang masih terjaga dan duduk di kursi meja makan. Segelas susu yang ada di hadapannya juga tak tersentuh.
"Adek...kok belum tidur?"
Elio tersentak kecil karena sapaan Lino. Namun kembali menunduk setelah sempat bertatapan dengan bundanya. Lino menebak jika putranya kini merasa bersalah akan sesuatu.
"Kok ndak dijawab to pertanyaan bunda?"
"Nggak apa Bun. Belum ngantuk."
Sudah jelas bohong. Mana mungkin bungsunya ini belum mengantuk. Elio adalah putranya yang paling cepat tertidur setelah bertemu bantal.
"Ada masalah?"
Lino akhirnya memulai pendekatan. Elio itu tipe-tipe orang yang overthinking. Dan dia tidak akan bisa tidur jika beban dalam pikirannya belum mendapatkan penyelesaian. Tatapan ragu dan takut-takut Elio layangkan. Sepertinya memang terjadi sesuatu yang berhubungan dengan kondisi Sam saat inir.
"Bun...tapi bunda jangan marah ya."
Nah kan...belum apa-apa Lino sudah bisa menebaknya.
"Kenapa to?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (SKZ)
FanfictionKeinginan Samudra tidak banyak. Dia hanya tidak ingin merepotkan ayah, bunda, dan saudaranya. Serta ingin memiliki keluarga utuh seperti yang lainnya. ▶️Cerita berpusat pada Samudra. ▶️Saya hanya meminjam tokoh. Tapi nama, ide, dan jalan cerita adal...