Arbin mengepalkan tangannya dan berusaha menormalkan emosinya dengan memejamkan mata. Jika boleh, dia ingin menghajar seseorang sekarang.Lagi. Kenapa lagi?
Adiknya, Samudra harus kembali masuk rumah sakit setelah tidak sadarkan diri selama hampir tiga jam. Karena panik dan tak sabar menunggu adiknya bangun, Arbin langsung membawa adiknya ke rumah sakit dengan dia sendiri yang menyetir mobil. Untungnya ada Sky di belakang yang menemani Sam yang masih tidak sadarkan diri.
"Bang..."
Sky yang sudah sembuh dari mabuk kendaraan sesaatnya akhirnya menghampiri Arbin. Remaja itu merasa nyawanya hampir melayang ketika Arbin mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Menyalip mobil dan truk-truk besar tanpa peduli keselamatan. Perutnya serasa diaduk hingga dia sendiri merasa sakit setelah turun dari mobil. Arbin yang membawa Sam ke ruang gawat darurat dan dia langsung ke kamar mandi. Memuntahkan seluruh isi perutnya.
"Kamu ndak opo?" Tanya Arbin khawatir.
Tentu saja khawatir melihat Sky yang sekarang juga berwajah pucat.
"Ndak apa. Wes muntah jadi lumayan enteng."
Sampai di rumah sakit dengan selamat saja Sky sudah sangat bersyukur. Bahkan selama perjalanan tadi dia merapalkan berbagai doa dan ayat yang dia ingat dalam kepalanya demi meminta keselamatan pada Tuhan. Arbin yang panik itu berubah menjadi pembalap internasional. Ah...bukan internasional lagi, tapi antardunia. Dunia fana dan akhirat. Arbin menyodorkan minyak angin yang tadi memang sengaja dia pinjam dari salah satu perawat. Sky menerimanya dan memilih duduk agar pusingnya mereda.
"Gimana abang?"
"Masih ditangani."
Sky mengangguk. Dia menghirup aroma minyak angin agar mabuknya sedikit reda. Kepalanya masih memikirkan bagaimana kondisi kakaknya yang dibawa temannya pulang dalam keadaan tak sadarkan diri. Sannan meminta maaf namun ketika ditanya bagaimana bisa Sam pingsan, teman kakaknya itu tidak bisa menjawab. Hanya mengatakan jika itu adalah salahnya.
Cklek.
Dokter keluar dan Arbin langsung menghampiri.
"Bisa saya berbicara dengan walinya?"
"Saya kakaknya."
"Orang tua kalian?"
"Bunda masih kerja."
"Bisa dihubungi sebentar? Saya rasa harus mengatakan hal ini pada orang tuanya juga."
"Bisa. Tapi adek saya gimana?"
"Adik kamu baik. Tapi untuk lebih jelasnya kami akan melanjutkan pemeriksaan dengan yang lebih ahli."
"Yang lebih ahli?"
"Iya. Ahli kejiwaan."
Deg.
"H-ha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (SKZ)
FanfictionKeinginan Samudra tidak banyak. Dia hanya tidak ingin merepotkan ayah, bunda, dan saudaranya. Serta ingin memiliki keluarga utuh seperti yang lainnya. ▶️Cerita berpusat pada Samudra. ▶️Saya hanya meminjam tokoh. Tapi nama, ide, dan jalan cerita adal...