"Ayo cepetan keluar. Jangan lupa salim sama ayah ya."
"Iya Bun." Jawab ketiga putra Sutomo itu.
Ketiga remaja itu keluar bersamaan dengan penumpang mobil di belakang mereka. Bunda Lino langsung membantu seperlunya. Tak lupa mengucapkan terima kasih pada sopir tetangga yang berbaik hati mau membantunya.
"Fel, Sky...bantuin abang-abang sama ayah buat bawa barang ya."
"Iya Bun." Jawab si kembar.
Setelah salim pada sang ayah dan memberi salam pada kedua abangnya, Felix dan Sky langsung membantu membawa koper dan menunjukkan kamar mereka.
"Bang...nanti bang Bin sama bang Sam tidur sama Felix ya. Biar Han sama Sky. Soalnya El ndak biasa tidur ada temennya." Jelas Felix.
"Ndak opo. Aku bisa tidur dimana aja. Di sofa juga ndak apa."
"Eh...mana bisa gitu. Aku aja yang sekamar sama kamu sama bang Bin. Bang Sam biar sama Sky boleh? Soalnya abang ndak bisa tidur kalau rame."
Elio yang memang sedari tadi mengikuti mereka hampir mendecih karena ucapan Han. Dia menatap yang paling tinggi diantara mereka. Masih memakai masker dan topi yang belum dilepaskan.
'Sombong.' Innernya berkata.
"Opo ndak apa? Nanti Sky keberatan?" Tanya Arbin memastikan.
Arbin memang tahu jika Sam tidak bisa tidur tanpa keheningan. Tapi mereka disini menumpang. Tentu saja tak bisa memilih banyak. Sam melepas topi dan maskernya. Wajahnya pucat, dan semua tahu jika Sam belum sembuh benar.
"Ndak apa kok. Aku malah seneng ada temennya. Eh tapi aku diem kok boboknya bang. Ndak bedigasan kayak Felix, aww...."
Sky mengusap kepalanya yang terkena geplakan sayang dari Felix. Elio yang melihatnya memiliki sedikit rasa iri. Dalam hatinya ingin bergabung dengan mereka. Namun sisi egoisnya tetap yang menang. Saudaranya hanya Sky, Felix, dan Han, meskipun Han dan dirinya tak sedekat itu. Sedangkan Arbin dan Sam adalah saudara tirinya, yang artinya dia tidak perlu sedekat itu dengan keduanya.
Elio memilih untuk turun. Bunda Lino mengatakan akan menyiapkan makanan. Lebih baik dia membantu bunda saja. Meski membantu yang dia maksud hanya menemani bunda di dapur. Namun sepertinya pilihannya kali ini juga tidak tepat. Di dapur sana, ada ayahnya dan bunda yang sedang berpelukan. Ralat...ayahnya yang memeluk bundanya yang sedang memasak.
"Mas..."
"Aku kangen sama kamu. Gimana kabar kamu?"
Terlihat bunda Lino hanya menghela nafas. Pasrah kedua lengan kekar itu memeluk pinggang rampingnya.
"Aku baik. Mas gimana? Baik juga kan sama anak-anak?"
"Ndak Lin. Aku ndak baik. Semua ndak baik setelah kamu pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (SKZ)
أدب الهواةKeinginan Samudra tidak banyak. Dia hanya tidak ingin merepotkan ayah, bunda, dan saudaranya. Serta ingin memiliki keluarga utuh seperti yang lainnya. ▶️Cerita berpusat pada Samudra. ▶️Saya hanya meminjam tokoh. Tapi nama, ide, dan jalan cerita adal...