0.7 - Grey

26 6 4
                                    

Art mengeringkan kedua tangannya dengan handuk yang digantung di dekat wastafel dapur itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Art mengeringkan kedua tangannya dengan handuk yang digantung di dekat wastafel dapur itu. Ia baru selesai mencuci dan membereskan piring beserta peralatan memasak lainnya yang Arlo pakai untuk membuatkan mereka berdua makan malam.

Drrtt...

Ponselnya pun bergetar. Menandakan ada notifikasi atau pesan yang masuk. Dengan cepat Art mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan malam-malam begini.

 Dengan cepat Art mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan malam-malam begini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Scar membalas unggahan dari cerita Instagramnya. Acuh tak acuh, Art mengabaikan pesan dari sahabatnya itu dan malah melanjutkan kegiatan beres-berberesnya karena ia menghabiskan waktunya untuk tidur sepanjang hari tadi.

Terlihat jelas bahwa Art memang menghindari Scar. Alasan dasarnya pun masih abu-abu. Mengapa ia marah? Scar melakukan apa terhadap dirinya?

Did Scar intentionally hurt her? No. Or maybe... Yes.

🎨

Everything in my tired sight
Is grey, devoid of delight
And colors many and bright.
Scar, you are my grey.

🎨

"Dia chat gue loh daritadi, nanyain kabar lu." ucap Ashley sambil menunjukan ponsel yang menampilkan pesan dari Scar yang menanyakan kabar dari Art karena Art dengan sengaja tidak membalas pesan Scar sama sekali.

Art menghela nafasnya berat, "Tapi gua males aja bales chat dia." jawab dirinya kepada Ashley di seberang sana.

Seteah Art selesai membereskan barang-barangnya ke unit barunya yang akan menjadi rumahnya selama 6 bulan itu, ia berjanji kepada Ashley untuk melakukan panggilan video dengannya.

"Bales lah. Lu bahkan ngga ngabarin dia kalau lu ke Toronto. He was surprised," kata Ashley lagi yang masih tak terima akan tindakan sahabatnya yang super sensitif itu.

"Either do I," Art menambahkan ucapan sahabatnya itu dan langsung dibalas  dengan pertanyaan dari Ashley. "Poems lagi?"

Art mengedikkan bahunya.

Hal ini membuat Ashley sedikit frustasi karena ia kesulitan mengerti keadaan yang terjadi kepada sahabatnya itu. Art juga tidak mau menceritakan apa pun kepada Ashley, sehingga ia kebingungan apa yang harus ia katakan atau ia harus membantu apa.

"Terus trainingnya mulai kapan?" Akhirnya Ashley mengalihkan topiknya agar setidaknya Art mau membuka suaranya dan bercerita kepadanya.

"Mulai minggu depan. Kan gue sengaja dateng duluan. Rencana awalnya kan— ya gitu deh." jawab Art masih murung.

"Kenapa sih, cemberut mulu daritadi," omel Ashley yang tidak tahan dengan ekspresi sahabatnya itu. Ia tidak benar-benar marah, hanya bercanda.

"Bukannya tadi dibikin spaghetti sama cowo ganteng?" ucapan Ashley kali ini berhasil membuat Art kaget.

"Tahu darimana kalau dia ganteng? Eh—"

"Eh?"

Tawa Ashley pun pecah. "HAHAHAHA. Jadi lu mengakui nih kalau dia ganteng?"

"Ya, engga. Cuman ya, begitu." balas Art kalang kabut kebingungan.

"Cie, Alarta Faith. Udah move on dari Scar?"

"Ngawur!" Art menyergah ledekan dari Ashley yang mulai terdengan tidak masuk akal.

"Udah ah, gue mau lanjut beres-beres lagi. Lu ke rumah ngga hari ini? Nengokin Mama," tanya Art yang baru ingat kalau ia belum mengabari Mamanya lagi setelah sampai di airbnb-nya ini.

"Oh, iya! Gue baru inget. Tadi adeknya Scar nyamperin Tante Anna dong." balas Ashley yang membuat Art kebingungan.

"Ngapain dia? Tumben banget?" Art menanggapi Ashley dengan pertanyaannya. Walau ia juga mengenal dan cukup dekat dengan adik Scar itu, tapi tetap saja aneh karena secara tiba-tiba Ethan, adik Scar, mampir ke rumahnya. Namun, Art kan sedang tidak dirumah? Untuk apa Ethan mampir?

Ashley mengangguk mantap, "Waktu gue sarapan di rumah lu, nyokap lu cerita. Dibawain buah segede bakul." jelas Ashley kepada sahabatnya itu. Ashley memang kerap kali sarapan atau mampir ke rumah Art.

"Aneh banget." ucap Art menanggapi penjelasan dari Ashley. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Anyways, gue siap-siap buka perpus dulu ya. See you later, dude. Take care!" Ashley pamit dan panggilan video mereka langsung terputus.

Setelah selesai melakukan panggilan video dengan Ashley, Art pun lanjut merapihkan beberapa barang-barang yang ia bawa di kamarnya. Sebelum akhirnya suara ketukan pintu terdengar.

Tok... Tok... Tok...

Kebingungan akan siapa gerangan yang mengunjunginya malam-malam begini, Art pun langsung menghampiri pintunya untuk mencari tahu siapa yang mengetuk pintunya itu.

Apakah itu Arlo lagi?

Karena pintunya tidak memiliki lubang intip untuk melihat siapa yang berada dibalik pintu itu, maka mau tak mau Art harus membukanya untuk memenuhi rasa penasarannya.

"Loh, Scar...?"

🎨

Hallo semua. Kritik dan saran sangat kubutuhkan untuk membuat kalian, para pembaca, lebih nyaman dan bisa semakin menikmati karyaku. Jika menyukainya, bisa tekan simbol bintang di bawah ini ya. Dan jangan lupa untuk input cerita ini ke library kamu! Terima kasih banyak <33

—Sincerely, Lou.

When Scars Become ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang