27 - Arlo's Point of View

10 3 0
                                    

August 28th, 2017

Musim panas masih berlangsung, namun kami membuat biscotti hari ini. Rasanya enak. Aku melihat sekilas resepnya dari google. Selebihnya kuandalkan ingatan samarku untuk membuatnya. Kami benar-benar menikmati proses pembuatan biscotti itu. Art tertawa sepanjang pembuatannya. Ia sangat bersemangat. Saking bersemangatnya, ia cenderung bersikap ceroboh dan hampir menggagalkan pembuatan biscotti kami.

Bukan. Itu bukan sorotan utama mengenai cerita hari ini.

Setelah membagikan biscotti yang kami buat kepada Betty, Art menerima kabar bahwa seseorang mengiriminya bunga. Sebuah bucket bunga matahari ditambah dengan berbagai makanan-makanan manis pelengkap lainnya. Apa Art sanggup memakan camilan-camilan manis itu sendirian? Itu hanya akan membuat dirinya mengalami sakit gigi!

Ekspresinya tak bisa ku deskripsikan dengan jelas. Yang pasti, diriku turut mengalami kegelisahan yang mendalam entah mengapa setelah melihat perubahan ekspresi dirinya itu. Tanpa berbasa-basi, Art langsung pergi ke luar, berlari.

Aku sempat kebingungan bukan kepalang. Aku melihat Betty. Ia memberiku isyarat untuk mengikuti Art. Tanpa berpikir panjang, aku mengikutinya. Kami sampai di sebuah apartemen tengah kota yang ramai. Aku sengaja menunggu dirinya di lobby apartemen itu agar tidak ketahuan. Setelah hampir setengah jam menunggu, ia pun turun dengan wajah lesu. Sepertinya ia tak berhasil menemukan seorang yang ia cari.

Aku hanya bisa menjaganya dari kejauhan. Tak berani mendekat karena takut mengganggu waktu sendirinya. Tentu saja ada rasa penasaran yang terbesit dalam benakku. Siapa gerangan yang tengah ia cari.

Ia keluar dari lobby apartemen itu dan berjalan kembali. Di tengah jalan, ia berhenti di depan sebuah kafe. Kedua netranya mengarah ke sebuah laki-laki berkacamata dan perempuan yang tengah berbincang berdua dengan asyik. Aku bisa melihat ia menepis beberapa bulir air matanya yang jatuh ke pipinya.

Sekarang, aku tahu apa yang mungkin membuat dirinya menangis di rooftop kemarin. Laki-laki dan perempuan itu.


October 10th, 2017

Musim berganti secepat cahaya. Musim gugur merupakan musim yang indah yang cocok dinikmati dengan seorang yang juga indah. Aku yakin ia juga menyukai musim gugur. Warna coklat cocok dengan dirinya. Seperti netranya yang coklat. Itu selalu menarik perhatianku.

Udara yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Segalanya terasa pas. Hanya saja, kau tidak bisa berada disini untuk menikmatinya denganku.

I wish I could tell you what you are to me, Art.


December 12th, 2017

I sent her a package today! Sebuah paket berisi makanan. Aku tahu belakangan ini ia sibuk. Tanpa mungkin ia sadari, aku selalu memperhatikannya pulang dan pergi. Wajahnya selalu terlihat lelah. Aku bahkan khawatir jika ia tidak makan dengan teratur.

Jadi, kuputuskan untuk mengiriminya sebuah makanan. Menu hari ini adalah broccoli yang di cah, daging barbeque, telur dadar, dan nasi putih hangat. Aku tidak tahu apakah kombinasi ini merupakan kombinasi yang tepat. Namun, aku menemukan sebuah blog dengan nama akun ArtofFaith. Entah itu miliknya atau bukan.

Isi dari blognya itu merupakan kesehariannya di sekolah. Tak ada bukti yang konkrit jika itu adalah milik Art yang ia kenal. Walaupun begitu, sang penulis blog dengan nama akun ArtofFaith itu pernah menulis bahwa kombinasi makanan kesukaannya adalah broccoli yang di cah, daging barbeque, telur dadar, dan nasi putih hangat.

I also gave her a hint. A hint about where I'm about to go. Kita pernah membicarakan hal ini. Meski begitu, aku rasa akan menyenangkan jika memberinya sedikit teka-teki.


February 23rd, 2018

Tahun telah berganti, namun perasaanku tak pernah berubah. Perasaan apa itu? Entahlah, aku juga belum yakin. Mungkin aku harus lebih sering mendengarkan perasaanku. Atau mungkin, perasaanku sudah jelas namun aku yang bersikap tidak terima?

Segalanya penuh dengan kata 'mungkin' hari ini. Aku memintanya untuk menetap. Aku kira diriku mungkin bisa membuatnya tinggal lebih lama. Mungkin memang sejak awal bukan aku alasannya untuk tinggal. Apakah laki-laki berkacamata itu?

Mungkin hal-hal kecil yang kita lakukan bersama tak ada arti bagi dirinya. Mungkin memang selama ini hanya diriku yang merasakan percikan warna ini. Mungkin, mungkin, dan mungkin.

Sebuah ketidakpastian. Aku benci ini.


April 25th, 2019

Betty meninggal kemarin. Seluruh penghuni datang ke pemakamannya. Ben, anak Betty, mengambil alih air bnb miliknya. Dan sudah hampir 2 tahun aku menunggu. Lagi-lagi menunggu diatas dasar ketidakpastian.

Kemarin malam, aku menerima sebuah postcard. Dari Italia.

Aku harus kembali. Namun,

Sial. Aku benar-benar harus pergi.

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When Scars Become ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang