12 - Malignant

22 5 3
                                    

"Now you have fallen crazy and I have run away. It's not the dreams. It's this love of you that grows in me malignant."

🎨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎨

Scar menggenggam erat bucket bunga matahari yang dilapisi dengan kertas coklat dengan tangan kirinya itu. Di tangan kanannya, ia menenteng sebuah paper bag yang berisi makanan-makanan manis; seperti kue, coklat batang, dan beberapa permen berperisa buah dalam jumlah yang banyak.

Ia melangkahkan kakinya mantap dengan penuh percaya diri. Hingga akhirnya ia sampai di airbnb yang berada di ujung jalan gang tersebut. Dengan sikunya, ia mendorong pintu tersebut dan masuk ke dalamnya.

Dengan cepat, ia langsung menuju ke lantai dimana unit Art berada. Lalu ia berjalan menuju unit Art. Sebelum mengetuk pintu, ia menarik nafas yang dalam lalu membuangnya dengan perlahan.

Sebelum akhirnya ia mendengar suara musik dan percakapan sayup-sayup entah darimana. Ia pun mengalihkan pandangannya ke kanan dan kiri, berusaha mencari sumber suara tersebut.

Entah mengapa, ia malah teralih dengan bising tersebut dibanding tujuan awalnya untuk menemui Art.

Scar berjalan secara perlahan mengikuti insting pendengarannya menuju sumber suara tersebut.

Remember me, fresh out of black and white
Movie, movie

Sepenggal lirik milik lagu dari Tom Misch yang berjudul Movie itu pun kian terdengar jelas seiring mendekatnya Scar ke unit yang berada tak jauh dari unit Art. Hanya dipisahkan oleh 2 sampai 3 unit lainnya.

Sebuah obrolan dan tawa juga semakin terdengar dengan jelas.

"Apakah aku melakukannya dengan benar? Begini?" ucap salah seseorang dari dalam unit tersebut.

"HAHAHAHA, bukan, Art. Adonanmu tidak akan rata jika kau mengaduknya seperti itu."

Art?

Ketika mendengar nama perempuan itu, Scar mengerutkan kedua alisnya. Ia kemudian melihat nomor unit di depan pintu tersebut. Ia yakin betul bahwa itu bukanlah unit tempat tinggal Art.

Beruntungnya, pintu unit tersebut sedikit terbuka. Hal itu memberikan kesempatan bagi Scar untuk mengintip ke dalam. Memastikan apakah itu benar-benar Art. Dan dengan siapakah ia mengobrol. Seorang laki-laki? Terdengar jelas dari suara baritonnya itu.

Untuk memenuhi rasa penasarannya, Scar pun melihat melalui celah kecil pintu tersebut. Dan terlihat jelas bahwa Art sedang berdiri, mengaduk sebuah adonan, dengan seorang laki-laki disebelahnya. Mereka terlihat sangat menikmati kegiatan mereka saat itu.

Tak ingin mengganggu dan merusak kesenangan Art, dirinya pun memutuskan untuk mundur perlahan, kemudian pergi.

Sudah lama semenjak ia terakhir kali melihat senyum dan mendengar tawa Art. Art terdengar sangat bahagia. Tatapan matanya menunjukkan bahwa dirinya nyaman berada di sisi laki-laki tersebut.

Scar melihat barang-barang yang ada di tangannya dengan tatapan nanar.

Bunga matahari yang begitu segar, kantung berisi makanan manis kesukaan Art, dan paragraf panjang berisi permintaan maaf yang sudah ia hafalkan untuk ia lontarkan kepada Art. Segalanya terasa sia-sia. Namun, ia bahagia ketika melihat Art bahagia.

Scar lalu mengeluarkan telefon genggamnya dan menekan nomor-nomor, sebuah nomor yang sepertinya sangat ia hafal.

"Hallo, Poems?"

"Are you occupied?"

🎨

🎨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎨

Hallo semua. Kritik dan saran sangat kubutuhkan untuk membuat kalian, para pembaca, lebih nyaman dan bisa semakin menikmati karyaku. Jika menyukainya, bisa tekan simbol bintang di bawah ini ya. Dan jangan lupa untuk input cerita ini ke library kamu! Terima kasih banyak <33

—Sincerely, Lou.

When Scars Become ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang