34 - A Dress

36 3 0
                                    

Benda pipih yang bergetar itu pun membuyarkan fokus Art yang tengah mengobrol dengan koleganya melalui aplikasi panggilan video jarak jauh tersebut di laptop.

"Sebentar ya, aku izin angkat telefon dulu." izin dirinya kepada Mega dan Aline. Yang dimintai izin pun mengangguk tanda memperbolehkan dirinya untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo," sapanya yang dibalas oleh suara yang tak asing dari seberang sana.

"Yakin? Kayaknya— aku nggak ikut deh." balasnya lagi dengan nada yang sedikit resah dan ragu.

"Ah, baiklah kalau gitu. Alright then, see ya." ucapnya seraya mematikan panggilan tersebut. Ia pun menarik nafas lalu memejamkan mata, membiarkan segala isi pikirannya berkecamuk sebagaimana mestinya.

Ia pun kembali duduk di hadapan komputer jinjing alias laptop miliknya yang masih menampilkan dua wajah kolega kerjanya tersebut. Dengan berat hati, Art harus mengakhiri panggilan video mereka pada siang hari ini karena ia baru saja membuat janji yang mendadak.

Setelah mengucapkan salam perpisahan, dengan cepat ia menutup laptop miliknya dan mulai membuka pintu lemari berwarna cokelat itu. Ia menelik dan melempar pandangannya pada setiap baju yang menggantung di dalam lemari tersebut. Pikirannya mulai menimbang-nimbang kiranya baju seperti apa yang cocok untuk undangan acara malam hari ini.

Art kembali mengingat ucapan yang dikatakan oleh Alma pada panggilan telepon sebelumnya.

"Acaranya formal, nggak ada dresscode but I recommend you to wear your best dress." Begitulah kira-kira kalimat yang diucapkan oleh Alma sebelumnya. Hal itu membuat Art teringat bahwa ia sama sekali tidak membawa baju yang cukup 'baik' untuk sebuah acara formal. Pergi ke Venice merupakan keputusannya yang teramat buru-buru dan tidak matang. Apalagi ajakan yang teramat tiba-tiba ini.

Tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang ada, ia pun mengambil tasnya dan dengan cepat melangkahkan kakinya ke luar hotel. T Fondaco Dei Tedeschi berada dalam urutan pertama di pencarian google ketika ia mencari tempat belanja terbaik di Venice. Tanpa berpikir panjang, T Fondaco Dei Tedeschi menjadi tujuan Art saat ini.

Bangunan arsitektur Venice selalu memiliki ciri khas yang megah nan mewah. Begitu pula dengan T Fondaco Dei Tedeschi. Art tidak merasa seperti berada di pusat perbelanjaan, melainkan sebuah museum historical atau bangunan historical. Cukup sulit menemukan toko baju karena kebanyakan toko menjual tas dan sepatu. Hingga akhirnya ia mendapati sebuah toko yang letaknya lumayan terpinggirkan. Pencahayaan toko tersebut tidak seterang toko-toko lainnya namun Art masih bisa melihat bahwa toko itu menjual berbagai gaun-gaun yang indah.

Gaun-gaun yang memiliki aksen elegan khas Perancis ini mungkin kurang diminati di sini karena suhu cuaca yang lumayan tinggi. Sehingga orang-orang cenderung malas untuk memakai gaun-gaun berlengan panjang seperti ini. Akan tetapi, toko ini seolah menjadi penyelamat Art.

Art melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko tersebut dan berusaha mencari tanda-tanda kehidupan di dalam toko tersebut. Sesekali ia pun mengalihkan pandangan pada gaun-gaun yang bernada cokelat putih tersebut. Sampai akhirnya seorang wanita paruh baya yang berpakaian rapih dan anggun menghampiri dan menyapa dirinya.

"Buongiorno, Miss." sapa wanita tersebut dalam Bahasa Italia sambil tersenyum hangat kepada Art.

Art yang sedari tadi terpaku melihat gaun-gaun yang ada di sana pun sontak terkejut mendengar sapaan wanita itu. "Buongiorno, Signora." balas Art yang sedikit gelagapan karena ia sama sekali tidak memiliki dasar dalam berbicara Bahasa Italia. Wanita tersebut pun tersenyum tipis melihat tingkah Art yang salah tingkah.

"Is there anything you need?" tanya wanita tersebut beralih ke Bahasa Inggris agar bisa lebih dipahami oleh Art.

Art pun bernafas lega karena beruntungnya wanita itu bisa berbicara Bahasa Inggris. Kesulitan dalam berkomunikasi menjadi salah satu kendala Art dan tantangan bagi Art ketika datang ke negara yang sama sekali tidak ia ketahui ini. Beruntungnya ia memiliki Alma, satu-satunya kenalan yang menyelamatkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When Scars Become ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang