Being Good ?

18.3K 890 29
                                    

Disini lah mereka bertiga sekarang, di wahana biang lala. Gaby yang meminta mereka untuk naik itu.

"Eta, Nice scenery!" Gaby sangat antusias sekali melihat pemandangan sunset dari atas biang lala. Sudah tampak banyak lampu kota yang menyala.

Sedangkan Greta sudah keringat dingin, tangan gemetar dan mata yang terpejam kuat. "Eta, are you okay?" Tanya Gaby, mengenggam tangan Eta-nya dengan tangan mungilnya.

Naga yang tadinya fokus pada ponselnya, mengalihkan perhatiannya kearah Greta. Seperti ada yang tidak beres dengan perempuan itu.

"Gaby, I'm very afraid of heights" Ucap Greta pelan.

"Im sorry, Eta. I do not know" Gaby tampak menyesal telah memaksa kakaknya untuk ikut naik wahana biang lala tersebut. "Its okay, Gaby" Ucap Greta memaksakan senyumnya.

Naga masih memperhatikan perempuan di hadapannya itu, tampaknya ia benar benar takut, terbukti dengan tangan gemetaran dan keringat dingin di perempuan itu. "Lebay banget sih" Ucapnya, mampu didengar oleh Greta.

"Segini doang nggak tinggi, enggak bakal bikin lo jatoh juga" Ucap Naga, sialan tidak ada simpatinya sama sekali lelaki ini. Greta menulikan pendengarannya, malas berdebat dengan orang gila dihadapannya. Bodo amat!

3 menit kemudian, biang lala tersebut berhenti. Ada kelegaan dihati Greta, akhirnya berhenti juga biang lala sialan ini. Huh..

"Gaby, are you hungry?" Tanya Greta, berjalan beriringan dengan menggadeng tangan adiknya agar tidak berlarian kemana mana.

Gaby mengangguk, "Hungry. Can I have sushi?"
Greta mengangguk juga, "Of course, sweetheart" Ucapnya.

Sekarang ini mereka bertiga sudah sampai di restoran sushi, terletak dipinggir kota. Tempat yang bersih, aestetic dan lumayan ramai karena mengingat sudah waktunya jam makan malam. Mereka memilih duduk di outdoor karena lebih enak menghirup udara segar dibanding ruangan bersuhu dingin.

Sembari menunggu pesanan tiba, Naga mengeluarkan rokok dari saku celananya dan menyalakan pematik. Menghisap dalam rokok tersebut dan mengembuskan asapnya dengan perlahan.

"Jangan ngerokok di depan Gaby, gue juga lagi hamil" Ucap Greta sambil mengibasi asap rokok yang bertebaran di sekitarnya dan Gaby.

Naga menatap malas kearah istrinya, "Yaudah cari duduk tempat lain sana. Ribet banget" Ucapnya. Greta hanya memutar bola matanya malas sambil berdecak kesal.

Pesanan mereka akhirnya tiba, lumayan menunggu lama karena memang restoran ini lumayan ramai. "May I have a fork please?" Tanya Gaby pada pelayan yang mengantarkan makanan mereka. Gaby saat ini masih kesulitan menggunakan sumpit.

"Ask for help using Indonesian, Gab" Ucap Greta. Gaby sudah belajar berbicara bahasa indonesia namun masih sedikit kesulitan bahkan masih sedikit berantakan kata katanya, "Boleh aku ask for a fork?" Masih saja ada kata kata bahasa inggrisnya. Tapi untunglah pelayan itu mengerti maksudnya, "Of course, tunggu sebentar ya" Ucap pelayan itu ramah.

"Gaby, speak Indonesian more, yah?" Ucap Greta, hanya diberi anggukan oleh adiknya.

***

Mereka tiba dirumah Gaung dan Maura, orangtua Greta. Greta tampak kesulitan menggendong Gaby yang sudah semakin berat meski umurnya baru 5 tahun. Naga mengambil alih Gaby yang tertidur dipangkuan Greta dan menggendongnya. "Biar cepet!" Ucapnya.

Greta turun membuntuti Naga dibelakangnya, "Itu kamar Gaby" Greta menunjuk kamar dengan pintu berwarna pink dengan tulisan 'Gabriella Audia Jackson'

Greta membuka pintunya, Naga membaringkan Gaby dengan hati hati agar bocah itu tidak terbangun. Menyelimutinya dan menyalakan lampu tidur kemudian mematikan lampu besar. Berlalu darisana diikuti Greta dibelakangnya.

GRETA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang