Gengsi dan permintaan

22.7K 1.4K 271
                                    

Naga sudah menyelesaikan pekerjaan nya satu jam yang lalu, saat ini dia sedang berada di apartementnya. Ia baru ingat sudah lama memasang cctv di dekat dapur, entah terlihat atau tidak tapi ia mencoba mengeceknya. Membuka layar komputer di ruang kerjanya yang menampilkan rekaman kejadian kemarin antara mami dan istrinya. Sedikit terlihat meski tak terlalu jelas. Disana tampak maminya lah yang memulai semuanya, bahkan dengan tidak berperasaan di dalam video itu maminya membenturkan kepala istrinya ke meja dengan sangat keras dan berutal, dapat Naga bayangkan sakitnya seperti apa.

Ia memijit pangkal hidungnya, ia merasa bersalah pada istrinya, telah menuduh bahkan menyakiti istrinya.

"Sial." Umpatnya pelan.

Apa yang harus ia lakukan sekarang, meminta maaf tidak mungkin. Seorang Ardaga Radiska Nagara Roberts meminta maaf? Hahaha sesuatu hal yang imposible untuknya.

Naga mengebrak meja dengan kepalan tangannya, "Bego banget sih lo, Naga." Ucapnya pada diri sendiri.

Tiba-tiba saja ia teringat kemarin Greta ingin menjenguk maminya, dan Greta mengatakan akan pergi sendiri.

Langsung saja Naga mengeluarkan ponselnya dengan cepat, menghubungi istrinya.

Panggilan pertama gagal, "Sial!" Umpatnya.

Naga masih berusaha menghubungi istrinya dengan panggilan kedua, dan berhasil diangkat oleh istrinya.

"Kenapa?"

"Dimana."

"Menurut lo."

Naga berdecak kesal mendengarnya, "Gue nanya."

"Dirumah sakit lah, Ga."

"Udah jenguk mami?"

Greta menggeleng, meski tak terlihat oleh Naga, "Belum."

"Nggak usah."

"Gapapa, gue ditemenin Altha."

Naga memejamkan matanya dan mengeraskan rahangnya, lagi dan lagi Altha, entahlah dia tak suka istrinya yang selalu bersama Altha.

"Gue bilang nggak usah. Ngerti?!"

"Kenapasih, aneh banget lo."

"Turutin aja. Gue kesana." Naga mematikan panggilan telefonnya dan beranjak dari ruang kerjanya.

Greta mengernyit heran, apaansih pikirnya.

Pintu terbuka menampilkan seorang suster disana dengan membawa satu buah infus baru yang sepertinya akan diganti.

Suster, apa saya sudah boleh pulang?" Tanya Greta pada suster yang tengah mengganti air infusnya.

"Rasanya gimana, masih ada yang sakit nggak?" Tanya suster.

"Enggak ada, udah better banget rasanya."

"Yaudah nanti saya tanyain dokternya dulu ya, mbak. Obatnya jangan lupa diminum." Ucap suster wanita itu tersenyum ramah.

"Iya, terima kasih suster." Ucap Greta tak kalah ramah sambil memandangi suster itu berlalu darisana.

Selang beberapa menit pintu ruangan rawat inap Greta kembali terbuka, menampilkan sosok Altha dan Sagara, papa mertuanya.

"Hai, Gre." Sapa Altha. "Papi mau jenguk lo." Terang Altha menjawab rasa penasaran Greta melihat papa mertuanya yang tiba-tiba datang.

"Oh, hai om." Sapa Greta, menyalimi sang papa mertua.

"Papi." Sagara meralat panggilan Greta terhadap dirinya.

"Eh, iya. Papi.."

"Gimana keadaan kamu? Maaf, Papi baru sempat besuk."

GRETA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang