24 : Sisi Sebenarnya (2)

1.1K 259 178
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.

Berusaha terlihat baik-baik saja adalah usaha untuk tetap bertahan hidup di dunia yang sedang tidak baik-baik saja.

Berusaha terlihat baik-baik saja adalah usaha untuk tetap bertahan hidup di dunia yang sedang tidak baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pak, stop, Pak!" perintah Aretha kepada tukang ojek yang ia tumpangi. Motor pun berhenti, Aretha segera turun dan berlari setelah memberikan uang.

Aretha memasuki sebuah klub. Di dalam ia mencari keberadaan seseorang yang tidak sengaja ia lihat di perjalanan tadi. Tadinya Aretha ingin mewawancarai seorang narasumber, tapi tidak apa dia meminta waktunya sedikit untuk bertemu dengan orang yang sudah membuat kacau semuanya. Jika benar kematian sang ayah ada sangkut pautnya dengan kejahatan yang sudah Azril lakukan, Aretha tidak akan tinggal diam begitu saja. Kematian sang ayah harus mendapat keadilan. Ucapan ibunya beberapa waktu lalu terus terngiang-ngiang di kepala.

Akhirnya Aretha menemukan adiknya yang sedang duduk di sofa melingkar bersama teman-temannya.

"Ikut aku, Zril!" Aretha menarik baju adiknya.

"Apaan sih lo dateng-dateng main narik-narik gini? Kenapa? Lo mau larang-larang gue minum? Hah?" Azril berdirim

"Nggak usah geer, deh. Aku nggak peduli kamu mau minum mau juga. Yang aku peduliin kamu ngaku sekarang juga."

"Wah wah ada apa, nih?" tanya teman Azril.

"Mending kamu ngaku dari sekarang kalau kamu yang udah nabrak Bu Yunita. Aku nggak mau masalahnya lebih meluber lagi. Aku nggak mau ada nyawa lain lagi yang harus dikorbankan cuma untuk menutupi kasus kamu." Aretha tidak bisa mengontrol emosi lagi. Ia sudah kehilangan cara untuk bisa membongkar semuanya.

"Nggak usah mengelak lagi, Ibu udah kasih tau kalau dia adalah dalang di balik semua itu. Ibu bilang jangan coba ganggu dia. Apa artinya dia marah karena aku berusaha untuk mengungkap kejahatan anaknya ini dengan cara membunuh ayah aku?"

"Mana buktinya, mana?! Kalau mau ngomong itu harus ada bukti!"

"Ini siapa, Zril? Kakak lo? Cantik juga. Bisalah main sebentar, nggak usah marah-marah."

"Dasar pembunuh!" ujar Aretha.

Tangan Azril sontak menegang leher Aretha.

Sebuah tangan menarik tangan Azril, kemudian ia melayangkan tonjokan di pipi remaja itu. Aretha memekik sambil mundur.

"Jangan beraninya sama perempuan!"

Pria yang Aretha kenali menarik kerah baju Azril yang tadi terjatuh lalu menonjoknya lagi, Azril seperti kehilangan kekuatan untuk melawan. Yang menyaksikan adegan itu mundur untuk menghindar.

"Udah Rend, udah. Aku nggak pa-pa, kok." Aretha berusaha menghentikan tindakan Rendy.

Rendy pun mundur, berbalik ke arah Aretha. "Yakin kamu nggak pa-pa?"

HEART BEAT √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang