30 : Terluka Lagi

939 241 33
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.

Bagai bumi yang terang mendadak gelap gulita setelah kepergian matahari.
Seperti itulah rasanya kehilangan orang yang selama ini menemani hari-hari.

Pagi-pagi sekali Alden sudah tiba di kantor polisi untuk menanyakan perkembangannya soal laporan kehilangan kemarin malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali Alden sudah tiba di kantor polisi untuk menanyakan perkembangannya soal laporan kehilangan kemarin malam. Ia yang sudah sering datang ke tempat ini tentunya sudah akrab dengan beberapa polisi.

"Kamu tahu sendiri kalau istri kamu itu sangat membenci anaknya sendiri karena lahir cacat. Kenapa kamu biarin istri kamu mengurusnya? Apa jadinya sekarang? Anak kalian sekarang entah ada di mana."

"Aku pikir dia sudah berubah, Bu."

"Berubah dari mana? Wanita itu nggak bakal pernah berubah! Itu karena kamu terlalu cinta sama dia! Sekarang anak kamu jadi korbannya. Ibu nggak mau tahu pokoknya cucu ibu harus segera ditemukan. Penjarakan istri kamu nanti."

Mendengar percakapan penuh emosi itu membuat Alden menghentikan langkah. Ia melirik ke samping. Mendapati seorang wanita tua sedang memarahi putranya dan menyalahkan dia atas hilangnya sang cucu di tangan menantunya.

Alden memejamkan mata. Bodoh sekali. Kenapa ia baru kepikiran sekarang. Ini bagai sinyal dadakan untuknya.

Ibunya Aretha!

Lelaki itu lantas balik badan dan berlari keluar, masuk lagi ke mobil.

Mobilnya tiba di depan gedung kantor stasiun televisi Mitra TV tempat ibu Aretha bekerja. Alden masih ingat jenis mobil dan platnya. Ia akan menunggu sampai wanita itu datang.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, mobil yang Alden tunggu menampakkan wujud. Ia sangat yakin itu adalah mobil Irena. Bergegaslah ia menyalakan kembali mesin mobil untuk mengikuti wanita itu memasuki halaman kantor. Mobil masuk ke dalam basement, Alden terus mengikutinya sampai mobil yang ia ikuti menemukan tempat parkir. Alden memarkiran mobilnya secara asal agar bisa cepat turun dan bicara dengan Irena.

Begitu Irena keluar dari mobil, sudah ada Alden yang berdiri di luar layaknya polisi yang akan menilang pengendara yang melanggar aturan.

Meski terkejut, Irena berusaha untuk tetap terlihat biasa saja, bahkan ia berusaha mengabaikan kehadirannya.

"Di mana Aretha?" Alden langsung bertanya pada inti.

"Saya nggak tahu." Ia berjalan meninggalkan Alden yang belum menyelesaikan interogasinya.

Alden lekas menyusul dan menghalangi jalannya.

"Aretha menghilang semenjak berita kematian Pak Ghani keluar. Saya tahu lagi-lagi Anda penyebabnya. Lalu di mana Aretha sekarang? Anda menyembunyikannya karena dia selalu berusaha membuktikan Anda bersalah?"

"Dia menghilang itu nggak ada urusannya dengan saya."

"Jelas itu urusan Anda. Dia putri Anda juga."

"Dia bukan putri saya."

HEART BEAT √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang