13 : Menanti Detak Jantung

1K 275 143
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca ✨

Ting!

Bismillahirrahmanirrahim

.
.
.

Gimana?
Sudah siap untuk aku cintai setiap hari, wahai si pencuri hati?

Gimana?Sudah siap untuk aku cintai setiap hari, wahai si pencuri hati?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat siang, Om."

"Siang, Nak Alden. Silahkan masuk."

Kemarin Alden sudah menghubungi ayah Aretha dan menjanjikan pertemuan di rumah. Ada hal yang ingin ia bicarakan. Penting.

"Sebentar, Om siapkan minum dan ...."

"Nggak usah, Om. Nggak perlu repot-repot. Duduk saja," tolak Alden seraya tersenyum singkat.

"Jadi ... apa maksud kedatangan kamu kemari?" tanya Ridwan yang kembali duduk. "Nanti saya suruh Aretha untuk menyiapkan minum."

"Langsung ke intinya, Om?" tanya Alden.

"Ya, silahkan."

"Kalau saya minta Om untuk mengizinkan Aretha untuk tetap menjadi reporter dan menyelidiki kasus yang kemarin itu, bagaimana, Om?"

Air muka pria di depannya langsung berubah. Setengah heran setengah marah. Keputusan yang ia ambil kemarin sudah bulat. Tidak bisa diganggu gugat. Dan Alden kemari hanya untuk meminta hal itu?

"Kenapa kamu meminta itu? Apa urusannya juga dengan kamu? Itu kan masalah Aretha."

"Saya baru akan ikut dalam penyelidikan itu. Saya percaya sama Aretha kalau Pak Ghani nggak bersalah. Kalau Pak Ghani setuju untuk mengadakan banding, saya siap jadi pengacaranya. Tapi sebelum itu, saya juga butuh bukti-bukti kuat. Maka dari itu, saya akan membantu Aretha, Om."

Mata Ridwan menerawang.

"Saya salut dengan keberanian putri Om. Saya salut dengan segala kebaikan dan ketulusan dia. Saya memang belum lama mengenal putri Om, tapi saya percaya bahwa dia perempuan yang baik-baik dan punya kepedulian tinggi terhadap orang lain. Om harus bangga memiliki putri seperti Aretha. Dari jutaan manusia yang ada di bumi ini, dia termasuk orang yang memiliki tingkat kepedulian tinggi, yang sangat jarang dimiliki orang awam.

"Saya nggak bisa membiarkan Aretha kehilangan pekerjaan dan mimpinya. Dunia ini butuh orang seperti dia. Aretha nggak boleh mengubur mimpinya sampai di sini. Mungkin dia salah karena udah bikin Om khawatir dan sampai berbohong, tapi tolong maafkan dia untuk kali ini. Saya mohon, Om." Alden menangkap dua tangan.

"Apa jaminan kamu?"

"Saya akan berusaha agar Aretha nggak berbohong lagi dan bisa lebih terbuka."

"Caranya?"

HEART BEAT √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang