Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.Berharap itu ternyata memiliki makna tentang cara sengaja menyiksa diri yang paling sederhana.
"Pak, Pak, Pak! Bisa menepi dulu nggak?!"
"Ada apa?"
"Saya nggak tahan lagi, nih, Pak! Ke sana, Pak! Di sana ada minimarket, berhenti di sana. Perut saya udah nggak kuat."
Melihat wajah merah Raihan Alden tak punya pilihan lain selain menepi sesuai permintaannya.
Raihan langsung turun terbirit-birit, mendorong pintu minimarket, menyapa kasir yang sedang berjaga sembari berkata bahwa ia ingin menumpang buang air besar lalu berlari menuju WC.
Alden yang masih ada di mobil geleng-geleng kepala melihat kelakuan Raihan. Tapi akhirnya ia turut ikut keluar dan masuk ke minimarket untuk membeli sesuatu yang bisa mendinginkan tenggorokannya.
"Selamat siang, Pak ...." Suara kasir menyapa seperti biasa. Alden melenggang masuk menuju tempat minuman yang berjejer di dalam kulkas.
Seorang perempuan baru tiba di meja kasir menyodorkan sekotak susu formula sambil tersenyum. Sang kasir mulai Pandangan perempuan itu teralihkan ke samping, bertemu pandang dengan mata seorang pria.
Alden.
Tertegun sebentar, namun pada akhirnya Aretha memilih pergi dan keluar dari minimarket padahal barang belanjaannya sudah diproses sang kasir. Alden
tak tinggal diam, ia lekas menyusulnya. Lelaki itu mengejar Aretha yang berusaha berjalan lebih kencang setelah keluar dari pintu.Raihan yang baru selesai buang air besar celangak-celinguk melihat kepergian Alden dari jendela minimarket. Ia ikut berlari keluar. Bagaimana bisa Alden meninggalkannya setelah memohon minta diantarkan ke Bandung untuk membantu mencari istrinya? Tunggu ... terlihat Alden tengah mengejar seorang perempuan.
Jangan-jangan Aretha?
Mata Raihan menyipit. Mungkin benar itu Aretha. Akhirnya mereka bertemu juga. Bibirnya melengkung senyum turut senang. Ternyata ini alasan perutnya mulas, supaya memudahkan Alden menemukan Aretha. Benar-benar ya jalan yang diberikan Allah itu luar biasa. Siapa yang tahu bahwa Aretha ada di minimarket itu juga.
Ya sudahlah. Lebih baik Raihan menunggu di sini. Nanti juga pasti Alden kembali lagi bersama Aretha.
Alden sudah tidak peduli lagi dengan lukanya. Mengingat bagaimana perjuangan Aretha membuat Alden tidak mau langsung menyimpulkan.
Foto itu tiada sebanding dengan semua perjuangannya selama ini.
Tak ingin berjauhan lebih lama lagi, tangan Alden berhasil meraih pergelangan tangan Aretha dan menariknya hingga berakhir di pelukannya. Aretha tertegun begitu cuping hidungnya kembali menghirup wangi tubuh Alden. Ia tertegun untuk beberapa detik demi memastikan bahwa ini memang nyata. Sekeras apa pun Aretha menghindar, nyatanya ia tidak bisa pergi lebih jauh. Langkahnya tidak bisa dipercepat lagi, semakin lama malah semakin lemah sebagai pertanda bahwa ia tidak sanggup berjauhan lagi. Rasa cinta yang ia punya jauh lebih besar daripada rasa malu. Ya, sebut saja ia tidak tahu malu dan tidak tahu diri seperti sebelumnya. Memang sifatnya seperti itu, kan? Aretha yang selalu tidak punya malu ketika mencintai pria bernama Alden.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART BEAT √
Romantizm[Sequel Wedding Dress] "Ibarat jantung manusia yang mati, entah kapan ia akan berdetak kembali." Alden dan Aretha bekerja sama untuk menyelidiki kasus pembunuhan yang melibatkan tetangga di tempat Aretha tinggal. Aretha yang selalu blak-blakkan meny...