28 : Titik Terendah

898 252 115
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.

Sebagian orang mengatakan bahwa hal yang paling menyakitkan di dunia ini adalah ketika kita kehilangan diri kita sendiri.

Sebagian orang mengatakan bahwa hal yang paling menyakitkan di dunia ini adalah ketika kita kehilangan diri kita sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aretha membuka mata. Pengelihatannya mulai berotasi ke sekeliling. Tempat ini tampak asing. Dua tangannya tidak bisa digerakkan hingga ia menyadari bahwa ada tali yang mengikat dua pergelangan tangannya ke belakang kursi.

Aretha berusaha mengingat apa yang terjadi padanya.

Di mana ia sekarang?

Aretha berupaya melepas ikatan tali di pergelangan tanga. Pasti ada orang yang berniat jahat padanya. Ia harus segera kabur dari gudang ini.

Namun usahanya berhenti begitu muncul sosok perempuan di hadapannya.

Ia membatu tanpa gerakan sedikit pun.

Aretha kenal dia.

Ibunya.

Mereka saling bertatapan. Yang satu penuh tanya, yang satu lagi bermimik tenang dan santai.

"Apa saya bilang. Kamu harus nurut sama saya."

Jadi ini adalah kerjaan ibunya?

Aretha pun ingat tadi tiba-tiba ada yang membekap mulutnya saat akan pergi ke rumah sakit. Dia dimasukkan ke dalam mobil dan ditampar hingga pingsan.

Ternyata ancaman sang ibu tadi bukan sekadar gertakan. Aretha menatap dirinya yang disekap. Belum percaya bahwa ini adalah ulah ibunya sendiri.

"Ibu mau apa dari aku?" tanya Aretha tenang. "Nyawa?"

Bukannya menjawab, sang ibu mengeluarkan ponsel. Ia memamerkan sesuatu ke hadapan Aretha.

Perempuan itu mulai membaca judul berita yang ada di bagian paling atas.

Berita kematian Pak Ghani.

Aretha terpegun.

Irena kembali menarik ponselnya lagi begitu melihat ekspresi Aretha yang langsung berubah.

"Itu yang kamu mau, kan?"

Aretha yang masih shock tidak mampu mengatakan apa pun. Matanya mulai menghangat. Melihat apa yang dilakukan sang ibu membuat Aretha tidak perlu berpikir lagi tentang kebenaran kematian Pak Ghani yang memang sakit atau sengaja dilenyapkan.

"Kan udah saya kasih peringatan sebelumnya. Tapi kamu tetap ngeyel."

"Kalian jahat."

"Itu salah kamu karena berusaha menjadi pahlawan. Lihat kan akibatnya? Kamu tahu apa kesalahan terbesar kamu? Yaitu berusaha melawan seseorang yang bahkan untuk membayar polisi atau jaksa juga dia mampu. Kamu berurusan dengan orang yang salah, kamu berurusan dengan orang yang kedudukannya berbeda jauh dengan kamu. Kamu sudah bermain-main. Mau diteruskan? Atau mundur?"

HEART BEAT √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang