5 : Arti Menghargai

1.2K 265 48
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.
.

Tes ombak dulu yuk.

Masih ada yg nunggu kah?

Masih setia kah sama Alden dan Mbak Tata?

Maaf yaa baru bisa lanjut :))
.
.
.

Jangan rusak kebahagiaan orang lain dengan ucapanmu. Karena kamu nggak pernah tahu sekeras apa usaha dia untuk bahagia.

 Karena kamu nggak pernah tahu sekeras apa usaha dia untuk bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana kabar Ibu? Ibu baik? Aku iri sama Ibu. Ibu makin tua kok malah makin cantik, ya. Nggak heran kalau aku cantik, karena aku punya ibu yang cantik. Tapi Ibu jauh lebih cantik. Karena bagi aku, perempuan tercantik di dunia ini adalah Ibu."

Selesai membasuh tangan di wastafel toilet restoran, Aretha berbalik ke samping, ibunya juga selesai membenarkan make up di wajah. Aretha tersenyum kepada wanita yang sudah lama tidak ia jumpai. Ia yang sebelumnya melihat sang ibu pergi ke toilet mengikutinya.

"Ibu tahu nggak? Sekarang aku lagi magang jadi reporter di salah satu stasiun tivi. Dan mungkin sebentar lagi aku juga bakal jadi reporter tetap di sana."

"Oke, selamat."

"Aku mau Ibu ikut ngerayain pencapaian aku ini. Berdua aja. Boleh, kan, Bu? Misalnya kita jalan-jalan ke suatu tempat? Atau makan bareng? Kayaknya seru, deh." Hanya dua kalimat jawaban, tapi mampu membuat Aretha senang dan semakin semangat untuk mengajak ibunya pergi. Dua kalimat yang menghasilkan jutaan harap dan kesempatan.

"Kamu pikir, dengan kamu mengikuti jejak saya, saya akan mengakui kamu?" tanya ibunya santai.

Dengan antusias Aretha mengangguk. "Selain ini cita-cita aku, aku juga pengin ibu liat aku. Ibu, liat, anak Ibu udah besar."

"Maaf, saya sibuk. Jadi nggak bisa." Irena hendak pergi, tapi dihalangi. Lengannya dipegang Aretha.

"Ibu ... aku ini darah daging Ibu. Apa salah aku? Kenapa Ibu bisa sebenci itu sama aku? Apa waktu kecil aku sejak itu? Aku bakal banget, ya? Aku udah nyusahin Ibu? Aku udah bikin Ibu repot waktu hamil aku, atau aku udah bikin Ibu kesakitan banget waktu ngelahirin aku? Aku sering ganggu jam tidur Ibu waktu aku masih bayi? Suara tangisan aku kenceng, ya, Bu? Tangisan aku bikin tetangga marah dan Ibu pusing? Apa ada hal yang nggak Ibu suka dari aku sampai aku dewasa kayak sekarang? Ibu bilang aja sama aku, siapa tahu aku bisa perbaiki. Aku janji, kalau memang aku banyak kurangnya sebagai seorang anak, aku bakal terus belajar supaya jadi anak yang baik di mata ibu. Nggak bakal susah kok untuk mendidik aku yang sekarang, Bu. Aku nggak bakal nyusahin Ibu. Aku janji. Aku nggak minta apa-apa. Aku cuma minta diakui sebagai anak. Aku cuma minta, Ibu tahu kalau aku hidup di dunia ini."

"Nggak ada yang perlu diperbaiki, Aretha." Ia melepaskan tangan Aretha, kemudian menatap sang anak dalam-dalam. "Hubungan kita udah selesai semenjak saya pergi dari rumah ayah kamu. Kamu nggak perlu ngelakuin apa pun. Cukup bersikap biasa. Kalau nggak sengaja ketemu, anggap kalau kita nggak saling kenal. Saya udah bahagia dan tenang sama keluarga baru saya. Jadi jangan pernah bermimpi untuk pergi berdua atau apalah itu. Udah, ya? Kamu fokus sama hidupmu sekarang. Nggak usah ingat saya dan bersikap kalau kita ini dekat.

HEART BEAT √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang