Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.Jangan pernah berputus asa, yakinlah pada setiap usahamu itu, ada Allah yang senantiasa membantu dan menjadi penolong di waktu yang tepat.
Alden memilih langsung masuk ke kamar karena tak ingin banyak diinterogasi jika pulang dalam keadaan begini. Ia takut mereka khawatir terutama ibunya. Sebelum kasusnya selesai ia tidak mau memberi tahu siapa pun termasuk orang tuanya. Alden tidak mau membuat mereka kepikiran.
"Katanya Alden udah makan di luar, Bu," ucap Aretha yang kembali ke meja makan.
"Kamu sendiri nggak makan? Kamu belum makan, lho."
"Nanti aja ya, Bu. Nanti pasti aku makan. Mau siapin air hangat dulu untuk Alden mandi."
"Ooh gitu, ya udah nggak papa," ucap Galiena tersenyum.
Sebelum masuk ke kamar Aretha mencari kotak P3K untuk mengobati luka Alden.
"Al, apa yang sebenernya terjadi? Kamu ini berantem sama Rendy?" tanya Areta selesai meneteskan obat merah bibir bagian samping Alden yang darahnya sudah mengering.
Tidak mungkin Alden mengatakan alasan ia bertengkar dengan Rendy adalah karena Rendy memiliki senjata untuk menghancurkan Aretha jika Alden melanjutkan kasus kemarin ke jalur hukum. Akan sangat memalukan jika video itu Rendy sebarkan.
"Aku cuma kasih dia sedikit pelajaran."
"Terus gimana? Apa yang harus kita lakuin sekarang? Kayaknya sampai kapan pun kita nggak bakal bisa ngelawan mereka. Mereka terlalu kuat. Apalagi Om Ruslan bakal ngelakuin berbagai cara supaya Rendy yang punya penyakit psikis itu nggak tersorot media. Dia orang paling berkuasa. Semua polisi, jaksa yang ada di bawahnya dia pasti tunduk. Entah disuap pakek uang atau mereka sama-sama punya kasus yang saling ditutupi."
Benar apa kata Aretha, Alden semakin sulit membongkar kejahatan Rendy, karena taruhannya adalah harga diri Aretha. Bila video itu tersebar Alden tak akan pernah rela. Satu-satunya cara adalah melenyapkan setan berwujud manusia itu. Tapi ia sudah melewatkan kesempatan. Sekarang Alden tinggal menunggu apa kata Irena. Entah apa yang akan ia lakukan.
"Kamu udah makan?" tanya Aretha.
Alden menggeleng. "Aku nggak lapar."
"Tapi harus makan, Al. Aku ambilin, ya?"
Aretha hendak beranjak, tapi tangannya ditahan Alden, memintanya untuk tetap tinggal. Aretha pun duduk lagi. Alden merebahkan diri di pinggiran kasur, kepalanya diletakkan di dua paha Aretha, matanya memejam karena kelelahan. Tidak ada lagi yang ingin ia lakukan selain menikmati posisi ini agar bisa tenang tanpa memikirkan apa pun. Untuk satu waktu saja ia ingin istirahat, bersama Aretha di dekatnya. "Aku cuma mau tidur."
Aretha mengusap kepala Alden, sedangkan tangan kirinya sudah digenggam Alden erat-erat.
"Kamu udah baikan?" tanya Alden.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART BEAT √
Romance[Sequel Wedding Dress] "Ibarat jantung manusia yang mati, entah kapan ia akan berdetak kembali." Alden dan Aretha bekerja sama untuk menyelidiki kasus pembunuhan yang melibatkan tetangga di tempat Aretha tinggal. Aretha yang selalu blak-blakkan meny...