Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.Kamu itu kayak es krim, ya. Dingin-dingin tapi bikin ketagihan.
Hihi.Rendy meletakkan satu gelas kopi cappucino yang dibelinya di cafe tadi di meja kerja Aretha.
Viola yang posisinya ada di sebelah Aretha pun mendekat, kursinya ia geser, kemudian menatap Rendy.
"Lho? Kok aku nggak dibeliin, sih?"
"Emm ... Lupa!"
"Wah, wah, nggak adil, nih. Lupa atau sengaja? Tujuannya bukan berbagi, mau PDKT, ya?"
Aretha hanya fokus dengan layar laptop di depannya.
"Sini uangnya, biar aku beliin." Rendy menyodorkan tangan.
"Nggak jadi."
"Duh, ngambek."
"Siapa yang ngambek?"
"Ya udah kalau nggak mau." Rendy kembali duduk di meja kerjanya.
"Reth, sini, deh."
"Apa?"
Viola memegang tangan Aretha dan menariknya, kemudian membawa sang teman ke tempat yang lebih sepi. Padahal Aretha sedang ada kerjaan.
"Kayaknya Rendy ada rasa deh sama kamu."
"Rasa, rasa apa?"
"Rasa suka, lah, masa rasa stroberi mangga apel." Suaranya bernada.
"Tau dari mana, sih? Jangan ngasal kamu. Aku kira kamu ajak aku ke sini mau bicara penting, taunya bahas ini. Nggak penting, Sayang."
"Buktinya tadi, masa dia cuma beliin minuman buat kamu? Dan ... Ini tuh penting banget buat aku!"
"Penting bagian mananya?"
"Kalau beneran dia suka sama kamu gimana? Kamu suka sama dia juga nggak?"
"Enggak, sih. Biasa aja. Aduh, udah, deh. Nggak penting, Vi."
"Kenapa? Orang ganteng gitu." Viola masih kepo.
"Ya ganteng doang nggak cukup, Vi. Di dunia ini banyak yang ganteng, cuma di mata aku yang ganteng itu yaa, yang menurutku ganteng aja. Ganteng itu relatif."
"Beneran nih nggak suka?"
"Bener. Aku emang lagi suka sama cowok, tapi bukan Rendy. Setiap cewek kan punya tipenya masing-masing."
"Setauku, sebanyak apa pun tipe laki-laki idaman yang perempuan buat, bakal kalah sama yang bikin dia jatuh cinta meskipun tipe si cewek nggak ada dalam diri si cowok"
"Nah justru itu! Tipe aku ada dalam diri dia yang bikin aku jatuh cinta. Klop banget, kan? Aku juga yakin. Dan aku nggak bakal mundur, karena aku yakin sama pilihanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART BEAT √
Romantizm[Sequel Wedding Dress] "Ibarat jantung manusia yang mati, entah kapan ia akan berdetak kembali." Alden dan Aretha bekerja sama untuk menyelidiki kasus pembunuhan yang melibatkan tetangga di tempat Aretha tinggal. Aretha yang selalu blak-blakkan meny...