32 : Salah Paham

1.2K 252 81
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.

Jika aku tidak mencintaimu, mungkin rasanya tidak akan sesakit ini.

Jika aku tidak mencintaimu, mungkin rasanya tidak akan sesakit ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdengar suara ketukan di pintu utama. Aretha tersadar dari lamunan. Cepat-cepat ia menghapus air matanya, berdiri, melupakan benda tipis yang sukses membuatnya gundah gulana, lalu keluar dari toilet dan berjalan menuju pintu.

Begitu pintu terbuka ia melihat sosok Rendy yang berdiri di sana. Dia menyapa Aretha, kemudian masuk ke dalam. Rendy terlihat rapi sekali.

"Kamu sering banget ke sini. Emangnya kamu nggak kerja?" tanya Aretha yang baru duduk.

"Aku pindah ke sini."

"Apa?"

"Buat apa juga aku di Jakarta? Kamu tahu sendiri, kan aku nggak punya siapa-siapa? Untuk apa aku tetap tinggal di sana?"

"Tapi kan kamu kerja, Rend."

"Aku udah memundurkan diri."

"Kok gitu, sih? Gara-gara aku, ya?"

"Ini sebagai pembuktian aku kalau aku beneran cinta sama kamu. Aku mau mengobati luka hati kamu."

Entah ini kabar baik atau buruk, sepertinya Rendy benar-benar jatuh cinta padanya. Apakah waktu satu bulan cukup untuk bisa melupakan seseorang?

"Gimana sekarang perasaan kamu?"

"Aku juga bingung. Sampai kapan aku begini? Kenapa rasa sakitnya susah untuk dihilangkan, ya? Mencintainya semudah itu, tapi untuk melupakannya sulit, Rend. Aku juga tau, aku nggak bisa diam di tempat terus. Aku nggak bisa di sini terus. Aku harus bisa membuka lembaran baru. Tapi aku juga bingung memulainya dari mana."

"Aku bakal bantu kamu, Tha. Aku bakal selalu ada buat kamu. Jangan takut. Aku bakal terus ada di samping kamu."

"Beneran, Rend? Aku soalnya takut. Bahkan sampai hari ini pun suami aku nggak ada itikad baik untuk cari aku. Mungkin sekarang dia seneng karena udah menemukan perempuan baru." Aretha menyeka air matanya.

"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Kamu butuh hiburan, bukan?" tanya Rendy.

"Ke mana?"

"Kebetulan di dekat sini ada pasar malam. Tadi aku liat dalam perjalanan ke sini. Kayaknya main ke sana seru, ya?"

"Kapan ya aku terakhir kali main ke pasar malam?" pikir Aretha dengan raut wajah yang menunjukkan ketertarikan akan pasar malam yang dimaksud Rendy.

"Oke kita berangkat sekarang. Kamu siap-siap. Aku izin ke kamar mandi, ya?" Rendy berjanjak. Aretha mengangguk.

Tapi begitu melihat Rendy sudah setengah jalan, Aretha baru menyadari sesuatu. Buru-buru ia menyusul Rendy dan berhenti di depan pintu, menghalangi Rendy untuk masuk.

HEART BEAT √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang