Halo, Bestieee 🙂🙂🙂 gimana, nih, seminggu tanpa Zelian? Pusing-free dong? Wkwkwk.
4,4k words nih. JANGAN LUPA INTERAKSI SAMA ADEGAN DAN JEBOLIN KOMEN YAA :)
BIAR SAMA SAMA CAPEK. HAHAHAHAHAHA.
Selamat menikmati :)
*****
Akhir Januari tahun lalu....
"That shitty little leech...!" umpat Ervin rendah.
Dia baru saja selesai mengecek lokasi yang potensial untuk mendirikan cabang restoran baru. Di tengah guyuran hujan deras di Garut bagian selatan, pria tersebut menggerutu di sepanjang jalan pulang. Suasana hatinya buruk sekali setelah si pemilik tanah seenaknya menaikkan harga jual dua kali lipat sepihak, berbeda dengan kesepakatan di telepon.
Ervin harus berpikir ulang untuk membuka restoran di sini. Biaya dan keuntungannya tidak akan setimpal. Katakanlah bisa untung, tetapi imbah hasil untuk menutupi investasinya juga mungkin akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Boleh jadi, dia baru bisa balik modal 4-5 tahun ke depan. Dengan catatan bisa laba 500-700 juta pertahun, bukan omzet. Masalahnya, dia juga tidak bisa memasang harga yang terlalu mahal karena banyak pesaing di sini. Dapat laba bersih 20 juta perbulan untuk bisnis baru saja sudah lumayan karena biaya awal yang besar, tapi jika nekat mendirikan di sini, semua keuntungan Ervin bisa habis dipakai mencicil tanah dan bangunan. Itu tidak menggiurkan sama sekali, meskipun bisnis kuliner di daerah pantai memiliki potensi yang cukup baik. Sekalian saja beli tanah untuk investasi aset belaka. Ervin mungkin akan mencari lokasi atau tuan tanah lain saja.
Suara gemuruh dan petir saling bersahutan di luar mobil. Jalanan agak licin sehingga Ervin harus berhati-hati dalam mengemudi. Baru saja berbelok di pertigaan jalan dekat tebing laut, kening Ervin tiba-tiba berkerut mendapati mobil di depannya.
Laju mobil tersebut lebih cepat beberapa km/jam dibanding mobil Ervin, tetapi bukan itu yang menjadi perhatiannya. Ervin yakin, ia kenal sekali dengan mobil ini. Pemiliknya adalah seseorang yang sangat ia benci. Ervin tak akan pernah bisa melupakan bagaimana mobil ini kabur meninggalkan TKP beberapa bulan lalu.
Jika memang di depannya adalah Tristan yang dulu menyiksa kakaknya dalam kondisi hamil dan hendak menjualnya setelah melahirkan; Ervin bersumpah, ia tidak akan membiarkan pria itu lolos!
Dengan sebuah tekad baru yang terbentuk di benaknya, Ervin pun menginjak pedal gas lebih dalam. Mencoba mendekati mobil di depannya. Kaca mobil tersebut gelap, tetapi masih dapat mengintip ke dalam jika cukup dekat. Makanya, Ervin harus mengikis jarak supaya bisa tahu jika di depannya itu Tristan atau bukan.
Di sisi lain, di dalam mobil....
Zelina yang masih memiliki sebagian kesadarannya berbaring di jok belakang, meringis beberapa kali. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Tak terhitung banyaknya lebam yang sudah terbentuk akibat pengeroyokan sebelumnya. Darah juga terlihat mengotori beberapa bagian tubuhnya, terutama di bagian kakinya akibat tembakan. Tangannya tak luput dari cairan merah tersebut karena mencoba melindungi diri beberapa kali.
Wanita itu hampir putus asa. Tidak tahu harus melakukan apa lagi. Air matanya mengalir semakin surut. Otaknya ingin menyerah dan membiarkan dirinya tenggelam di dalam kegelapan. Namun, pergerakan kecil dari ketiga buah hati yang masih berada di dalam rahimnya membuat Zelina urung. Suaminya, buah hatinya.... Zelina tidak mau pergi dalam keadaan seperti ini. Makanya, yang wanita itu bisa lakukan sekarang hanyalah berdoa untuk meminta pertolongan pada tuhannya.
"Bos, mobil di belakang mencurigakan," ujar pria yang menembak Zelina. "Dia terus mendekat ke mobil kita."
"Cepet telepon si pemanen! Suruh dia cari tempat untuk menyelesaikan segalanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Z̶e̶l̶ian 3: Definisi Sempurna
General Fiction"Bagi saya, kamu itu definisi sempurna." ***** Itulah yang dulu Damian Arka Narendra--seorang dokter bedah digestif berusia 35 tahun--sering katakan kepada mendiang istrinya. Kata-kata itu tidak pernah menjadi omong kosong belaka karena di mata Dami...