19. Sightseeing

4.8K 553 83
                                    

"Erika takut, Kak...."

"Iya, lo udah aman, oke? Ada gue, ada Rafa. Dia udah pergi. Gak perlu takut lagi."

Tubuh Erika masih bergetar ketakutan, tetapi Arin terus mencoba untuk menenangkannya. Tadinya, Erika sedang berjalan-jalan di salah satu mall untuk mencari bahan gaun pengantin milik salah satu kliennya. Namun, hal itu langsung buyar ketika Erika mendapati orang yang sama tiga kali berturut-turut di tiga tempat. Orang yang memakai hoodie dan kacamata hitam serta masker putih. Dirinya langsung merasa gelisah, terutama ketika merasa diikuti saat berjalan ke arah toilet.

Teringat dengan peristiwa setahun lalu yang menimpa kakak iparnya, Erika langsung merasakan jantungnya maraton detak. Keringat dingin bercucuran karena rasa diikuti itu semakin kentara. Dengan panik, dirinya menelepon Damian seraya berjalan. Namun sayang, Damian tidak dapat langsung datang karena masih ada layanan. Pria itu hanya memberitahu Erika agar menunggu di tempat ramai sementara Damian mencoba menghubungi seseorang yang bisa dimintai pertolongan untuk menjemput Erika segera.

Takut terjadi hal yang tidak diinginkan, Erika yang tadinya hendak berjalan ke toilet pun langsung belok arah ke salah satu restoran. Setidaknya, di situ ramai dan tidak akan tutup dalam waktu dekat.

Merasa bahwa situasinya sudah aman karena duduk di dekat meja kasir, Erika pun memberanikan diri untuk menoleh ke arah pintu. Memeriksa jika orang tadi masih mengikutinya. Itu adalah keputusan yang sangat buruk.

Wajah Erika mendadak pias. Jiwanya seperti terjun bebas di jurang. Orang tersebut dengan jelas berjalan santai di luar, seolah-olah hanya melewati restoran saja, tetapi Erika tahu bahwa di balik kacamata hitamnya itu, siapa pun dia sedang melirik tajam ke arahnya.

Buru-buru Erika mengalihkan pandangan. Dengan tangan bergetar karena panik dan takut, ia mencoba menghubungi Erlangga. Belum sempat menekan ikon hijau, Erika sudah dikagetkan dengan sebuah telapak tangan yang menyentuh pundaknya. Hampir saja ia mati di tempat saking terkejutnya.

Ternyata, itu Arin dan Rafa.

Dan, di sinilah mereka sekarang.

Arin masih berusaha menenangkan Erika di restoran sambil memeluknya sementara Rafa mencoba mencari orang sialan yang sudah membuat Erika ketakutan. Siapa tahu belum jauh karena mereka sepertinya berselisihan sebelum masuk ke restoran tadi. Kemungkinan besar, orang sialan itu merupakan sosok yang sama dengan yang menculik Zelina setahun silam.

Sungguh, Rafa sangat jengah. Ia ingin Tristan Aditya secepatnya mendekam di penjara lagi. Ia tidak bisa tenang sejak menerima kabar bahwa pria itu berhasil kabur dari penjara. Siapa pun yang menyakiti adiknya harus mendapat hukuman setimpal!

"M-makasih udah datang, Kak. Erika gak tau gimana nasibnya kalau gak--"

"Shh.... Udah, Erika. Anggap aja Tuhan sayang banget sama lo. Makanya kita dipertemuin di saat yang pas. Gak perlu berterimakasih. Adik iparnya Zelin udah gue anggap kayak adik gue sendiri juga."

Erika pun mengangguk pelan, merasa sudah lebih tenang dari sebelumnya. Namun, bibir Erika sekarang justru menampakkan senyuman sendu karena teringat Zelina. "Gue gak bisa bayangin gimana ketakutannya Kak Zel dulu.... Gue segitu aja udah hampir mati rasanya."

Arin tidak menjawab. Ia tidak mau menangis tersedu-sedu di dalam restoran karena membahas Zelina. Wanita itu masih terlalu membekas di hatinya. Bagi Arin, Zelina adalah seorang malaikat tanpa sayap yang Tuhan kirimkan untuk membuat hidupnya lebih baik. Ketika dirinya sendiri dan kesepian, Zelina datang menawarkan persahabatan, menawarkan kehangatan keluarga yang Arin pikir sudah tidak bisa ia rasakan lagi setelah keluarganya pergi ke alam kubur.

Zelina memberikannya kesempatan untuk kembali merasakan kasih sayang orang tua dan keluarga yang lengkap. Namun, apa yang bisa Arin berikan sebagai balasan? Ia bahkan tidak bisa melihat dan menemani Zelina di saat-saat terakhirnya. Tak kuasa menggenggam tangan Zelina saat ajal menjemputnya. Wanita itu ... pergi tanpa bisa dikelilingi orang-orang yang sangat menyayangi dirinya.

Z̶e̶l̶ian 3: Definisi SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang