Hai, Bestie 🙂
Gimana selama nunggu saya beres UAS? Tenang, kan? Hatinya gak diobrak-abrik sama Zelian wakakakkaka.
Selamat menikmati :)
*****
"Lo udah denger beritanya?"
"Lebih buruk. Saya ditelepon kantor polisinya langsung."
"Sialan!" umpat Rafa. "Gimana bisa si brengsek itu kabur dari penjara?! Argh! Kampret! Seharusnya dia dihukum mati sekalian waktu itu!"
Damian tidak menjawab apa-apa. Tidak ada yang menduga bahwa Tristan Aditya, alias salah satu kaki tangan Ivan yang dulu mereka temukan di gudang bisa lolos dari penjara. Pria itu adalah orang yang dulu Kirana pukul sampai pingsan dan gegar otak ringan di gudang. Dia jugalah satu-satunya tersangka yang tersisa dari kasus tersebut karena Ivan dan anak buah satunya lagi sudah dinyatakan binasa akibat kecelakaan yang sama-sama merenggut nyawa Zelina dan ketiga buah hatinya setahun silam.
Bahkan hingga hari ini, jasad malaikat tanpa sayap itu belum ditemukan. Zelina dan ketiga buah hatinya dibiarkan tenggelam dengan damai bersama ribuan air mata yang mengiringi kepergian mereka. Tak diusik, tak dicari, dan tak juga dikunjungi lagi, kecuali lewat doa.
Selepas putus asa mencari selama berhari-hari tanpa hasil dan prosesi tabur bunga, penguburan potongan kain putih kumal terbakar bernoda darah milik Zelina dilakukan di sebelah makam Hifza saat mereka pulang ke Bogor. Semua sepakat untuk membiarkan sosok terkasih mereka beristirahat dengan tenang.
Penguburan itu juga merupakan titik damai bagi mereka dalam mengikhlaskan kepergian Zelina beserta ketiga buah hatinya. Mereka meyakini bahwa jasad Zelina sudah menyatu dengan laut, sama seperti ribuan jasad lainnya yang Tuhan sambut dalam dekapan-Nya secara langsung tanpa campur tangan manusia. Sudah tak ada lagi yang dapat mereka lakukan, kecuali mencoba mendapat keadilan dan hidup dengan damai.
Namun, ketika pelaku yang seharusnya mendapat ganjaran atas perbuatannya berhasil lolos, kedamaian itu terusik.
Dan, mereka semua tidak suka ini.
Rapat keluarga dadakan diadakan di kediaman Narendra tepat setelah Damian kembali dari kantor polisi. Dalam perjalannya masuk, pria itu berpapasan dengan Rafa yang terlihat begitu geram.
Di dalam, sudah ada Ali, Nina, Erlangga, Dani, Tita, dan bahkan Rian--selaku wakil dari keluarga Surya yang kepalang malu berhadapan dengan Mama Nina. Kondisi di dalam rumah cukup kondusif, tetapi semua orang tentunya masih tidak terima dengan kabar ini. Ali yang juga mendapat kabar lebih awal karena memiliki kawan di kepolisian terlihat tidak setenang biasanya. Pria itu ... terlihat marah dan gusar.
Biologis atau bukan, ayah mana yang rela jika mengetahui bahwa pelaku yang menyakiti putrinya kabur sebelum mendapat hukuman yang setimpal?
"Damian. Bagaimana? Apa kata kepolisian?" tanya Dani ketika Damian bergabung di sana.
"Belum ada keterangan lagi sampai sekarang. Mereka masih mencoba melacak keberadaannya."
Sontak saja, jawaban Damian membuat helaan napas kasar dan erangan geram terdengar di ruangan tersebut. "Kenapa bisa sampe kabur, Bang? Apa dikasih tau?" tanya Erlangga.
Damian pun menggelengkan kepalanya. Selain dari keterangan yang didengarnya dari berita, polisi tak memberitahu apa-apa lagi secara rinci. Yang dibilang orang kepolisian sama saja. Lolos saat pergantian penjaga karena keamanan memang agak lengah saat itu. Apalagi para narapidana juga tidak 24 jam di dalam sel tahan. Ada pembinaan dan kegiatan di dalam lapas supaya para narapidana tidak membusuk dalam kurungan begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z̶e̶l̶ian 3: Definisi Sempurna
Ficção Geral"Bagi saya, kamu itu definisi sempurna." ***** Itulah yang dulu Damian Arka Narendra--seorang dokter bedah digestif berusia 35 tahun--sering katakan kepada mendiang istrinya. Kata-kata itu tidak pernah menjadi omong kosong belaka karena di mata Dami...