Halo. 🙂
Mau nanya. Kalian lebih suka Zelian atau Zelian 2? Wkwk. Part mana yang kalian suka kalau berkenan jawab?
Di luar topik "meminta Zelin kembali", kalian bosen gak sih baca Zel(coret)ian3?
Jangan lupa untuk tekan bintang dan tinggalkan dukungan, bestie🍍
Selamat menikmati :)
*****
"Dokter Damian. Keluarga pasien sudah siap bertemu."
"Dokter Damian, pasien cito di IGD."
"Dokter Damian...."
Kurang lebih, begitulah rutinitas yang Damian kembali jalankan setelah dua hari istirahat di rumah. Tadinya, Tita masih belum mengizinkan Damian bekerja karena belum seminggu. Namun, setelah bernegosiasi dan membuat kesepakatan bahwa Damian akan mengundurkan diri dari salah satu rumah sakit tempatnya bekerja, akhirnya wanita paruh baya itu menurunkan izin.
Setelah banyak pertimbangan, Damian pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari Cipta Sentausa. Lokasi yang jauh serta lebih banyaknya tenaga kerja sepertinya di sana membuat Damian merasa lebih tenang meninggalkan tempat itu. Gaji tidak pernah masuk ke pertimbangannya karena dari awal, ia bekerja untuk mencari pengalihan. Bukan gaji.
Jika bicara masalah gaji, sebetulnya gajinya di Bina Raga sedikit lebih kecil dibanding di Cipta Sentausa. Namun, karena tenaga kerja bedah digestif lebih sedikit di sini, Damian pun bertahan. Pengunduran diri dari Altheya juga tak akan pernah masuk pertimbangan. Selain karena gaji di Altheya itu sumber pemasukan utamanya, mengundurkan diri dari sana juga sama saja dengan minta dicoret dari kartu keluarga Dani--yang sayangnya Damian kembali bergabung di dalamnya setelah kematian Zelina.
Selesai dengan shift di Altheya, Damian bergegas untuk menyampaikan surat pengunduran dirinya ke Cipta Sentausa. Setelah itu, baru ke Bina Raga untuk pelayanan sore.
Dari luar, Rumah Sakit Cipta Sentausa terlihat begitu besar dan kaku dengan kebanyakan bangunan di kanan-kirinya masih kentara akan suasana zaman penjajahan dulu. Hanya bagian lobi dan administrasinya saja yang sudah dipoles lebih modern. Warna hijau muda dan tua mendominasi di sini, beda halnya dengan Altheya yang bertemakan modern dengan warna putih porcelain dan turquoise sebagai warna utama.
Suasana di lobi rumah sakit cukup ramai. Beberapa pegawai menyapa Damian, meskipun mereka tahu bahwa kemungkinan besar hanya dua hal yang terjadi. Satu, tidak digubris. Dua, hanya dibalas anggukan sekecil biji kedelai.
Ketika hendak menuju lift untuk naik ke manajemen di lantai 4, langkah Damian terhenti begitu saja. Tubuhnya seolah membeku di tempat. Sosok wanita itu ... mengapa posturnya mirip sekali dengan Zelina dari belakang? Gaya rambutnya, tinggi badannya, perawakannya....
Damian tidak tahu mana yang lebih terdengar ironis sekarang. Dirinya yang tiba-tiba saja berpikir bahwa Zelina mungkin masih hidup, atau dirinya yang berhalusinasi melihat sosok mendiang istrinya di konter pengambilan obat.
Apa ia harus memastikan?
.... Mungkin lebih baik tidak.
Rasanya pasti akan sangat memalukan jika sampai salah orang. Juga berat menanggung kekecewaan jika memang bukan.
'Damian, Zelina itu sudah meninggal. Tidak mungkin istri dan anak-anakmu selamat dari peristiwa setragis itu. Pegang teguh logikamu sebelum kamu gila!' teriak otaknya dalam diam. Mau tidak mau, dia harus menampar dirinya sendiri kembali realita. Jika Zelina sampai selamat pun, seharusnya dia sudah pulang sejak lama. Atau ... setidaknya ada laporan mengenai orang hilang yang ketemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z̶e̶l̶ian 3: Definisi Sempurna
Ficción General"Bagi saya, kamu itu definisi sempurna." ***** Itulah yang dulu Damian Arka Narendra--seorang dokter bedah digestif berusia 35 tahun--sering katakan kepada mendiang istrinya. Kata-kata itu tidak pernah menjadi omong kosong belaka karena di mata Dami...