Shortie Special Mother's Day

3.7K 395 53
                                    

Happy Mother's Day to all amazing women who were, are, and will be a mother someday!

Untuk merayakan hari Ibu, saya ada sedikit cerpen Zelian nih. hihi.

Yang kangen keluarga Bapak Damian sama Ibu Zelina, cung!! Semoga kangennya terobati dengan update hidup mereka ya.

Happy reading!

******

"Ano, Aish takut."

"Takut apa?"

"Kalau Mama sama Papa marah, gimana?"

Remaja laki-laki berusia 17 tahun pun tertawa pelan sementara matanya masih fokus ke jalan. Pukul 2.24 siang, dua orang berseragam SMA tengah menuju kediaman Narendra. Elvano menyetir motor hitam miliknya sementara Daisha dibonceng di belakang. "Ya, dihadapin aja, Ish. Pasti diomelin, kok."

"Ih! Gak bantu banget!" Daisha menggeplak punggung Elvano geram. "Aish, kan, takut. Malah disuruh dihadapin lagi. Apa-apaan itu?"

"Justru aneh kalau gak diomelin. Kan, Aish udah buat anak orang lain masuk UKS."

"Tapi, itu gak sengaja, Ano ...!" Daisha menyandarkan dahinya di punggung Elvano nelangsa, memikirkan dosa yang baru saja diperbuatnya. "Tadi, kan, kelas olahraganya emang bola tangan. Dia lempar-lempar seenaknya sampe tangan Aish merah. Mana Aish tau kalau sekalinya Aish serang balik malah mental kena mukanya?"

"Sampe mimisan lagi." Elvano kembali tertawa sementara Daisha merengek nelangsa di belakangnya. Masih teringat jelas di benak Elvano peristiwa yang terjadi empat puluh menit lalu. Kala itu, kelas Daisha sedang asyik bermain bola tangan di setengah aula sementara kelas Elvano senam lantai di setengahnya lagi. Aula yang awalnya ramai karena pekikan seru dan dentuman bola tiba-tiba jadi hening sekejap sebelum akhirnya suara tangis anak laki-laki memulai kehebohan. Ditopang oleh beberapa temannya, murid laki-laki berkacamata itu menutupi hidungnya yang mengeluarkan darah sementara kacamatanya melorot, patah di tengah. Daisha si biang kerok hanya membeku cengo di seberang lapangan karena dia sendiri tidak percaya kalau efek lemparan bolanya akan sedahsyat itu.

Sumpah! Daisha hanya mengarah kakinya! Entah karena bocah laki-laki itu yang menunduk terlalu rendah atau posisi tangannya yang melindungi kaki tidak tepat sehingga bola belok arah ke atas dan akhirnya memberi kecup gemas pada wajah.

Dan, di sinilah mereka sekarang. Setelah diomeli oleh guru olahraga dan kepala sekolah, Daisha akhirnya diantar pulang oleh Elvano. Hendak menghadapi pengadilan yang sesungguhnya dari kedua orang tua yang tentunya sudah ditelepon oleh pihak sekolah. Jika ada yang bingung mengapa Elvano dan Daisha bisa berada di SMA yang sama, putri sulung keluarga Narendra itu mewarisi kepintaran ibu dan ayahnya sehingga mampu loncat dua kelas di SD dan SMP. Saat ini, Daisha yang berumur 14 tahun sudah berada di kelas 10 sementara Elvano di kelas 11. Karena sudah memiliki SIM, Elvano diperbolehkan orang tuanya membawa motor sendiri ke sekolah.

Oh, ingin sekali Daisha mengulur waktu dan meminta Elvano untuk memutar-mutar agar tidak cepat sampai rumah. Apalagi hari ini adalah jadwal libur praktik Damian, papanya. Semoga saja papanya ada panggilan cito, deh. Daisha ciut sekali kalau sudah menghadap pria berusia 47 tahun itu. Papa Damian tidak banyak bicara, tetapi auranya di kala marah dan kecewa dapat menandingi omelan bawel panjang lebar dari Mama Zelina.

Sayangnya, Elvano tidak menangkap telepati hati Daisha. "Oke .... Udah sampai." Gadis itu menelan ludah gugup ketika motor hitam Elvano berhenti tepat di depan gerbang kediaman Narendra. Rumah bertingkat dua yang ada di balik gerbang terlihat sederhana, tetapi nyaman. Hanya saja, Daisha yang terlanjur panik merasa tidak nyaman sama sekali sekarang.

Menyadari tidak ada respon dari gadis di belakangnya, Elvano pun menoleh. "Ish, kita udah sampai," ujarnya sekali lagi. "Gak kesambet, kan?"

Tidak menghiraukan lelucon Elvano, Daisha malah terlalu betah menyandar di punggung remaja laki-laki itu. "Kita pergi aja lagi, ya, Ano? Aish takut, ah. Gak mau pulang dulu."

Z̶e̶l̶ian 3: Definisi SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang