Halo, bestie! 😊
Sekali lagi, selamat karena telah bertahan menyelesaikan trilogi Zelina dan sabar menghadapi segala drama, emosi, kealayan, dan lainnya.
I am so proud of you! 💙
Hihi. Dengan kuasa yang hanya saya miliki di Zelian Universe, saya nyatakan kalian semua bergelar S.Z 🎉🎉🎉
Lempar dulu topi wisudanya wkwk 🎓🎓🎓
Sertifikat ala-ala di media hehe. Plus, sebagai sedikit hadiah, silahkan nikmati sedikit suguhan manis di bawah ini :)
*****
"Kamu yakin gak cemburu?" bisik Aileen.
Renata pun terkekeh dan menggelengkan kepala. "Aku malah ikut bahagia. Semua gak runyam lagi. Pasienku dan orang kasar yang selama ini terluka saling menyembuhkan."
"Bukannya kamu suka Damian, ya?"
Sungguh Renata ingin tertawa geli sekarang. "Kamu menyimpulkan sembarangan, Ai. Aku gak pernah suka dalam artinya have a crush on him. No. Aku dulu hanya penasaran."
"Tapi, kamu shock beneran, loh, waktu aku beritahu tentang istrinya dia."
"Ah, itu...." Renata mengalihkan pandangannya pada pelaminan nan sederhana yang ramai. "Aku memang kaget. Ternyata, dunia sesempit itu. Pasienku, single mother beranak tiga, dan lelaki penuh luka yang harus aku jadikan teman ternyata suami istri. Aku ada di tengah mereka. Itu kejutan yang besar, Ai."
Memikirkannya kembali, Aileen pun menggangguk-angguk setuju. Mereka sedang duduk di dekat meja minuman, menunggu antrean agak lengang untuk memberikan selamat. "Terus, soal wasiat ibu kamu itu...?" Aileen kembali menoleh.
"Dijalankan dengan baik," jawab Renata santai. "Kami berteman sewajarnya meskipun tak banyak berhubungan. Kadang saling menyapa atau mengobrol sedikit saat dia mengantar istrinya konsultasi."
"Tapi, dia gak jaga kamu seperti yang ibu kamu mau," timpal Aileen bingung.
"In a way, Ai...," Renata tersenyum, "dia menjaga ekspektasiku tetap tinggi dalam memilih pria. Aku gak minat sama Damian, tapi aku mau yang seperti dia. Meskipun apa yang dia lakukan karena cinta kurang sehat, seenggaknya dia bisa mencintai wanitanya dengan tulus dan setia. Dia membuatku percaya bahwa masih ada laki-laki baik di luar sana, setelah aku dikhianati Panca." Renata menatap Aileen teduh. "Kamu juga mungkin harus mulai percaya itu, Ai. Agar lebih mudah sembuh dari trauma kamu pada laki-laki."
Aileen pun mengernyit horor dan mendengus pelan pada Renata. "Mana bisa seperti itu? Laki-laki itu sama aja. Manis di awal, merusak di akhir," debat Aileen. "Aku masih pada pendirianku untuk hidup tanpa pendamping. Aku gak mau kasusnya kayak Tristan lagi."
Renata hanya bisa menghela napas dan menepuk pundak sahabatnya simpatik. Sulit memang menyembuhkan trauma dari peristiwa yang terjadi dalam jangka waktu lama dan berulang-ulang. Ia hanya berdoa supaya Aileen selalu bahagia dan dikelilingi oleh orang-orang baik apapun keputusannya.
"Permisi." Tiba-tiba, seorang pria muda yang mirip dengan Damian menghampiri mereka. Gestur tubuhnya terlihat gugup. "Sebelumnya, maaf ganggu. Nama saya ... Erlangga."
"Ya, kenapa?" sahut Aileen tanpa basa-basi.
"Uhm...." Erlangga meremas tangannya malu. Aduh. Dia lupa nama alasan yang membawanya ke sini. "Kamu ... Aileen, kan? Ibunya anak perempuan yang mata biru?"
Menjadi satu-satunya wanita dewasa yang memiliki turunan kaukasia di sini, Aileen pun mengangguk skeptis. "Kenapa sama anakku?"
"Itu...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Z̶e̶l̶ian 3: Definisi Sempurna
Narrativa generale"Bagi saya, kamu itu definisi sempurna." ***** Itulah yang dulu Damian Arka Narendra--seorang dokter bedah digestif berusia 35 tahun--sering katakan kepada mendiang istrinya. Kata-kata itu tidak pernah menjadi omong kosong belaka karena di mata Dami...