23. Confrontation

4.7K 570 189
                                    

Hai, bestie 🐻

Kalau habis makan banyak sampe kembung banget, jangan mandi malem, yak.

Entar sakit 🙃 bolak balik kamar mandi subuh-subuh itu gak enak. Beneran, deh
👉👈

Selamat menikmati :)

******

"M-maaf...."

Damian membuang muka.

"Saya gak maksud seret Dokter ke dalam masalah saya...," cicit Renata takut-takut. Dirinya menunduk dalam di salah satu meja. Damian duduk di seberangnya. Dua porsi ayam geprek dan dua gelas milkshake tengah menjadi saksi bisu di antara keduanya.

Oh, dan jangan lupakan mengenai Erika, Erlangga, dan Kirana yang sekarang sudah pindah meja. Posisi mereka bertiga, plus Zalika yang sedang asik minum susu dari botol, sekarang tidak terlalu jauh dari Damian dan Renata. Hanya tertutup tanaman palsu, dengan harapan bisa menguping apa yang dibicarakan keduanya. Rian juga tadinya akan ikut menguping. Namun sayang, kondisi pasiennya di rumah sakit tiba-tiba memburuk sehingga SC harus dipercepat.

Sungguh, ini di luar dugaan.

Damian yang selama ini terkenal gagal move on dan susah disentuh (baru-baru ini agak mencair) tiba-tiba terlihat digandeng mesra oleh seorang wanita? Wah.... Mencengangkan!

Jangan-jangan ... Damian agak mencair karena wanita itu? Apa Zelina akan tergantikan? Erika mendengus tak suka pada ide memiliki kakak ipar baru.

Kembali ke Damian dan Renata, suasana di antara mereka sangatlah canggung. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Renata dengan masalah dan rasa malunya, sementara Damian kebingungan harus merespon seperti apa. Dia marah karena Renata sudah menjadikannya pion kebohongan. Dia juga marah Renata telah seenaknya memeluk lengannya. Namun, di saat yang sama, Damian juga sedikit banyak paham mengapa Renata sampai melakukannya. Aduh.

"Lain kali, jangan lakukan lagi." Hanya itu yang akhirnya Damian mampu ucapkan saking bingungnya.

Merasa terkejut dan lega karena tidak mendengar Damian memarahinya panjang lebar, Renata pun mendongak polos. "Dokter ... gak mau marahin saya?"

"Buang energi." Damian menaikkan bahu. "Tapi, saya tetap tidak suka Anda menyeret saya dalam kebohongan ini."

"Maaf, Dokter. Saya ... kepepet." Renata meringis. "Orang kayak Panca itu gak akan berhenti kalau hanya disuruh pergi. Dia memang brengsek. Tapi, dia bakal lebih segan dan gak berani dekat-dekat sama wanita yang sudah punya hubungan. Penjunjung bro-code."

Memalukan. Brocode dijunjung, brengsek dijinjing, batin Damian.

"Kalau hanya sebatas larangan mendekat dari wanita single, dia akan anggap itu sebagai tantangan untuk ditaklukan," tambah Renata lagi. Bertahun-tahun bersama Panca, Renata sudah hatam dengan sifat Panca yang suka tantangan. Penolakan berarti tantangan untuk ditaklukan. Sayangnya, Renata hanya telat menyadari bahwa dirinya sudah tak membuat Panca tertantang lagi sampai pria itu harus mencari wanita lain yang membuatnya tertarik.

"Jadi, saya harus bilang kalau saya sudah bersama Dokter supaya Panca berhenti mengganggu saya." Renata menyelesaikan penjelasannya, lantas meminum milkshake untuk menenangkan jantungnya yang berdegup keras. Aroma parfum menenangkan milik Damian menari-nari di indra penciumannya, membuatnya mengusap tengkuk salah tingkah. "Uhm.... M-makasih karena Dokter Damian sudah gak berontak dan ikut alur kebohongan saya."

"Jangan salah paham. Saya menoleransinya karena saya hanya tidak mau mempermalukan kamu di depan orang brengsek itu."

"Iya. Karena itu.... Kalau Dokter langsung protes tadi, mungkin Panca puas ketawain saya di tempat."

Z̶e̶l̶ian 3: Definisi SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang