5. Weasley's Sister

2.5K 435 7
                                    

Akhir tahun ajaran telah usai, mendekati hari libur beberapa anak telah mengepak barang-barang mereka dan bersiap menuju kereta Hogwarts express, sebagian para murid berpamitan untuk mengatakan selamat tinggal pada Rosie, berjanji untuk bertemu dengannya tahun depan. Rosie tak bisa berhenti untuk tersenyum, ia melihat beberapa murid Hufflepuff dan Ravenclaw dengan pandangan ramah, setelah kedua murid-murid asrama ini berlalu pergi. Ada Draco yang diam-diam datang kepadanya dengan langkah angkuh.

Rosie menggeleng heran, tapi semenjak ia menceritakan sebagian kisah hidupnya pada Draco, anak laki-laki itu selalu datang diam-diam untuk menemuinya tanpa diketahui siapapun. Yeah, anak ini datang untuk berpamitan kepadanya.

"Kau datang untuk berpamitan denganku?"

"Ti-Tidak, aku hanya datang untuk memastikan bahwa kau masih hidup,"

Rosie tersenyum geli. "Baiklah, aku percaya."

"Kau memang harus percaya, aku hanya mengkhawatirkan mother akan sedih bila kau tiba-tiba mati,"

Rosie tak bisa menahan senyumnya, anak laki-laki ini ternyata sulit sekali menyampaikan perasaannya dengan jujur. "Sampai jumpa tahun depan, Draco. Sampaikan salamku pada Narcissa."

Anak itu mengangguk dan menyerahkan sekotak coklat kuali pada Rosie. "Ini untukmu, aku punya banyak. Peri rumahku mengirimkan terlalu banyak, jadi aku tak bisa menghabiskannya."

Rosie sekarang benar-benar geli dengan tingkah Draco, walaupun begitu, ia tetap menerimanya dan mengucap terima kasih.

"Sampai jumpa, Rosie." Dan setelahnya Draco berlari meninggalkan dirinya sendiri di tepi danau.

Lalu yang terakhir, ada si tiga serangkai. Rosie yang telah mengubah ekornya menjadi sepasang kaki berjalan mendekati mereka bertiga, Harry, Ron dan Hermione memeluk Rosie secara bergantian. Mereka pendek sekali, tinggi mereka masih mencapai pinggang Rosie.

"Apa kalian datang sebentar untuk bercerita atau berpamitan?"

Harry tersenyum lebar. "Dua-duanya,"

"Kami masih punya cukup waktu untuk membagikan sedikit informasi rahasia padamu." Sela Hermione.

"Oh, ya, apa itu?"

"Petualangan kami berakhir dan Snape bukanlah pelakunya." Kata Harry berbisik, seolah-olah tumbuhan dan pepohonan yang berada disekitarnya ikut menguping.

Cerita Harry, Ron dan Hermione mengalir begitu saja. Mereka dengan berani melewati ruang yang telah dijaga oleh Fluffy untuk menuju ruang bawah tanah. Rosie sampai membulatkan matanya melihat ketiga anak yang masih berumur sebelas tahun melewati banyak sekali bahaya.

Mereka berupaya menyelamatkan batu bertuah dari Quirrell. Profesor gagap itu?

Dahi Rosie berkerut, hampir menunjukkan gurat ketidakpercayaan pada Harry saat anak laki-laki ini berkata bahwa yang sebenarnya berniat mencuri batu bertuah tersebut adalah profesor Quirrell. Mengapa? Karena ia adalah kaki tangan Voldemort.

"Jadi, bagaimana dengan batu itu?" Tanya Rosie penasaran. "Apakah batu itu aman?"

"Dumbledore telah menghancurkannya." Kata Harry.

Rosie tersenyum. "Kalian benar-benar anak yang pemberani. Semoga kalian selalu dilindungi oleh Merlin."

"Kau percaya pada Merlin?" Tanya Ron heran. Lagi-lagi Ron menanyakan hal yang aneh padanya. "Jangan lihat aku begitu," sela Ron gemas. "Aku sempat mendengar bahwa kaum kalian memiliki sesuatu yang kalian percayai dan itu bukan Merlin."

Rosie terkekeh. "Tentu saja, Merlin adalah pendahulu kalian. Tapi, kami tak memiliki kepercayaan pada Merlin. Kami punya Dewi yang kami sembah,"

"Dewi?" Mata Hermione berbinar ketika mendapatkan pengetahuan baru.

Siren (Ft Hogwart Boys) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang