Draco menekuk wajahnya, ia melipat surat balasan dari ibunya. Pangeran kegelapan akan kembali, sesaat ia merinding walau di sisi lain, Draco merasa senang. Para darah lumpur yang sombong itu akan menjerit ketakutan. Ibunya diam-diam memberitahu apa yang dilakukannya semata-mata untuk pangeran kegelapan. Tapi, mengapa?
Ada urusan apa di antara Rosie dan pangeran kegelapan?
Ada hubungan apa di antara Rosie dan beliau?
Rosie adalah sosok tak tersentuh, ia tak pernah mengganggu siapa pun, selalu menghormati keputusan orang, bahkan tak pernah menghakimi apa pun yang dilakukan orang lain. Itulah mengapa banyak sekali penyihir, khususnya pure blood tak mempermasalahkan keberadaan Rosie. Wanita itu adalah sosok yang tak pernah ikut campur urusan orang lain, Rosie cenderung suka membantu seperti memberi ide atau keputusan bijak.
Jujur, awalnya Draco tak begitu menyukai keberadaan Rosie, ia heran kepada orang tuanya, terlebih pada ayahnya. Lucius adalah pribadi yang tak mudah menyukai orang lain, Malfoy selalu menganggap diri mereka di atas orang lain. Tapi, ketika berhadapan dengan Rosie, ayahnya menjadi segan. Tampak menghormati Rosie.
Begitu Draco akrab dengannya, menyelami bagaimana sikap, sifat dan perilaku wanita itu, ia paham mengapa kedua orang tuanya menyukai Rosie. Draco menganggap sosok Rosie sebagai sosok kakak yang baik dan penyayang untuknya, ia selalu ingin memiliki saudara yang bisa mengerti dirinya, mengerti kesulitannya sebagai penerus Malfoy, dan semua itu ia dapatkan dari Rosie.
Rosie mengerti kesulitannya saat ia ditekan oleh Lucius. Draco diharuskan berperilaku sebagai bangsawan Malfoy yang agung dan tidak terkontaminasi dengan darah campuran atau muggleborn lain.
Draco menghela napasnya, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar, ia berharap bahwa apapun yang diinginkan pangeran kegelapan, beliau tak akan menyakiti Rosie, karena wanita itu seperti saudari baginya.
***
Tepat pada bulan Juni, hari ini adalah hari di mana turnamen terakhir Triwizard diadakan, Rosie melangkah bersama Hagrid menuju arena pertandingan. Hatinya berdebar tatkala mengingat turnamen terakhir yang pernah ia lihat, salah satu peserta meninggal. Semoga, semoga turnamen kali ini berjalan dengan baik tanpa memakan korban seperti sebelumnya.
Di tengah perjalanan, Rosie tanpa sengaja berpapasan dengan profesor Moody. Ia bahkan hampir bertabrakan, jika Mad-Eye tidak membantunya.
Hagrid mendumal melihat kecerobohan Mad-Eye. "Hati-hati, Mad-Eye, tubuhmu bisa membuat Rosie menghantam tanah."
"Oh, maaf, maaf," kata Mad-Eye tampak gugup.
Hagrid terlebih dahulu melangkah meninggalkan mereka, Rosie hanya mengangguk menyadari kegugupan Mad-Eye. "Tak apa, profesor, Anda tak sengaja."
"Ah, benar. Sekali lagi, maafkan aku My Lady, ada... ada... yang harus aku lakukan, permisi." Katanya buru-buru meninggalkan Rosie kebingungan.
Apa katanya?
My Lady?
Dahi Rosie berkerut, tapi ia tak begitu memusingkan panggilan yang sangat sopan itu. Rosie kembali melanjutkan langkahnya, menyusul Hagrid.
Kini ia duduk di tribun yang sudah disediakan. Lapangan Quidditch yang sekarang sama sekali tak bisa dikenali. Pagar tanaman setinggi enam meter mengelilinginya. Ada lubang di depan mereka, pintu masuk ke maze. Lorong-lorong di dalamnya tampak gelap dan membuat bulu roma berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren (Ft Hogwart Boys) ✓
FanficFANFICTION Rosie, gadis Siren yang tinggal di danau hitam, Hogwarts. Memiliki rasa penasaran yang tinggi pada siswa-siswi Hogwarts. Ia selalu mengamati kehidupan anak-anak itu dari tahun pertama hingga tahun terakhir. Di satu sisi, kecantikan Rose...