Sudah beberapa kali pertemuan yang dilakukan Harry dan Dumbledore berjalan begitu mulus. Harry dikenalkan dengan masa kecil Voldemort dari pikiran Dumbledore, pensieve. Masa kecil Voldemort sangat buruk, dan Harry sempat iba. Sayangnya rasa iba itu menguap ketika mengingat apa yang sudah Voldemort lakukan pada dirinya, hidupnya, Cedric dan masih banyak orang yang mengalami kerugian parah atas tindakannya.
Namun, ingatan yang ditunjukan Dumbledore kali ini mengenai Voldemort ada hubungannya dengan Rosie.
Mengapa?
Mengapa Voldemort mendekati Rosie?
Apa yang diinginkan penyihir gila itu pada Siren Hogwarts?
Dumbledore masih tak mau menjawabnya, pria tua itu lebih senang bila ia menemukan jawabannya sendiri. Haruskah ia bertanya pada Rosie?
Ada baiknya ia pergi seorang diri untuk menemui Rosie. Jadi, Harry bisa leluasa menanyakannya. Dalam pensieve, Harry melihat bahwa Dumbledore mengamati Tom Riddle yang selalu pergi mengunjungi Rosie di danau hitam. Mereka bercengkrama, terkadang tertawa, dan Tom Riddle mampu tersenyum, atau lebih tepatnya seringaian khas.
Dalam ingatan Dumbledore yang lain, ada bagian di mana pria tua itu menegur Tom Riddle untuk menjauhi Rosie. Sayangnya untuk bagian itu Dumbledore tidak menunjukkan lebih detail lagi.
Masa kecil Voldemort yang berada di Hogwarts dan panti asuhan sudah Harry ketahui. Ia sebenarnya tak mengerti mengapa Dumbledore menunjukkan semua itu padanya, fokusnya hanya satu sekarang, Rosie.
Ia penasaran mengapa Tom Riddle tampak begitu ramah pada Siren tersebut.
Harry melangkah terburu-buru untuk menemui Rosie, sayangnya saat ia hendak menghampiri wanita itu, Malfoy terlebih dulu berada di sana. Sejenak Harry berhenti melangkah, dahinya berkerut, apa yang diinginkan Malfoy?
Dia adalah Pelahap Maut, batin Harry.
"Apa yang kau lakukan di sini, Malfoy?!" Harry mengertak Draco begitu ia tiba disisi tepi danau.
Rosie dan Draco serentak menoleh. Namun tatapan lemah dan lelah Draco berubah menjadi tatapan penuh benci mengarah pada Harry. Laki-laki bersurai platina itu mendengus. "Jangan ikut campur, Potter!"
Harry melirik Rosie sekilas. "Apa yang kau rencanakan pada Rosie? Aku tahu bahwa kau adalah salah satu bagian dari mereka."
Draco yang mendengar itu mendadak gugup, walau begitu ia tetap menjaga gurat wajahnya dan buru menyingkir dari danau meninggalkan Rosie.
"Malfoy, Tunggu--"
"Sudah, Harry," bujuk Rosie. "dia tak melakukan apapun, dia hanya kemari untuk bercerita."
"Kau yakin?" Rosie mengangguk. "Tapi dia adalah Pelahap Maut, Rosie."
Rosie berusaha menjaga ekspresinya agar tak terkejut. Wanita itu menggeleng lemah. "Harry, bagaimana mungkin... Draco sama sepertimu, dia anak-anak."
"Tentu saja tidak, ia berbeda. Ia anak dari Pelahap Maut," kata Harry sebal.
Rosie menyadari kekhawatiran Harry, walau begitu Draco dalam keadaan terpaksa, dan Rosie tak akan bisa menyalahkan Draco karena ia terpaksa, sayangnya jika Rosie tahu tugas apa yang didapatkan Draco, Siren itu akan berubah pikiran.
Rosie bahkan tak tahu bila Narcissa telah mengikat sumpah tak terlanggar pada Severus Snape, apapun yang terjadi Snape akan melindungi Draco.
"Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di sini, Harry?"
Harry akhirnya teringat akan tujuannya, laki-laki itu berdeham canggung. "Mencarimu, ada yang ingin kutanyakan padamu,"
"Oh, apa itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren (Ft Hogwart Boys) ✓
FanfictionFANFICTION Rosie, gadis Siren yang tinggal di danau hitam, Hogwarts. Memiliki rasa penasaran yang tinggi pada siswa-siswi Hogwarts. Ia selalu mengamati kehidupan anak-anak itu dari tahun pertama hingga tahun terakhir. Di satu sisi, kecantikan Rose...