2. KEBENCIAN ALBARA.

2.3K 213 6
                                    

ALUR NYA AKAN BERUBAH DRASTIS!

SIAPIN HATI!

HAPPY READING!.

-

-

-

***

"Pa, Bara mau melamar putri Ustad Abdullah." Ujar Albara mengutarakan niat baik nya. Senyuman di bibir cowok itu merekah sempurna. Ya, ini adalah kali pertama seorang Albara Geovano jatuh cinta.

"Nggak. Kamu harus menikah dengan gadis pilihan Papa, Bara" jawab Gunawan langsung membuat senyuman di bibir Albara luntur seketika. Sedangkan Diana yang membawa tas kantor suami nya langsung terbelalak kaget.

Bagaimana tidak kaget? Selama ini Gunawan tidak pernah membahas apapun mengenai perjodohan maupun yang bersangkutan dengan itu.

"Tapi Papa nggak pernah cerita ke Mama tentang seorang gadis untuk Bara. Ya, jangan ndadak gini dong Pa. Kasian Bara, dia itu udah jatuh cinta sama perempuan pilihan nya" sahut Diana mencoba membantu Albara memdapatkan restu Gunawan.

Gunawan tidak memperdulikan istri nya mengomel, pria paruh baya itu nampak menoleh ke belakang dan mempersilahkan seseorang masuk. "Ayo, nak. Silahkan masuk"

Lalu muncul lah seorang gadis dengan pakaian lusuh. Diana melongo melihat penampilan gadis itu, dia seperti...gadis desa.

Albara mengamati penampilan gadis itu dari bawah ke atas, atas ke bawah, kemudian memalingkan wajah nya. Sangat tidak sopan bukan?

"Dia Zahra, calon istri Albara" ujar Gunawan, memperkenalkan.

Sedangkan gadis dengan rok, atasan, dan hijab sederhana nya hanya menunduk. Sejak tadi, air mata nya mengalir tanpa henti.

"Papa ini apa-apaan sih Pa?! Bara nggak mau sama dia! Bara nggak kenal sama dia, apa lagi cinta!" teriak Albara dengan nada membentak. Dia menatap sinis gadis di hadapan nya.

"BARA! JAGA MULUT KAMU! NGOMONG SAMA ORANG TUA ITU KUDU SOPAN! JANGAN SEPERTI ANAK NGGAK BERPENDIDIKAN!"

"Sikap kamu yang kayak gini mau melamar Aisyah putri Ustad Abdullah? Jangan mimpi kamu! Nggak pantes kamu sama gadis itu!" Imbuh Gunawan.

"Pa--"

"Nggak usah ikut campur, Ma" sela pria tersebut. Diana langsung bungkam.

"Kamu harus menikah sama Zahra, Bara"

"Bara nggak cinta sama dia, Bara juga nggak kenal sama dia. Bara cinta sama Aisyah, Pa. Tolong ngertiin Bara" pinta nya.

"Nggak bisa. Kamu harus menikah sama Zahra!" ujar Gunawan penuh penekanan.

"Kenapa Papa maksa Bara buat nikah sama dia?"

Gunawan menghela nafas, "ayah Zahra meninggal karena menyelamatkan Papa. Kalo nggak ada pak Yanto saat itu, mungkin Papa sekarang tidak akan berada di sini"

"Dan beliau menitipkan Zahra bersama Papa" imbuh nya.

"Ck. Itu bisa modus aja, Pa! Banyak yang kayak gitu di luaran sana" decak Albara.

"Hati-hati kalau bicara Bara! Mana mau seseorang modus sampai meninggal?! Punya otak itu di pikir!" balas Gunawan.

"Ya, tapi nggak harus nikah juga kan Pa? Pak Yanto cuma nitipin dia ke Papa, buk--"

"Iya memang. Ini bukan amanah pak Yanto, tapi keinginan Papa sendiri. Kami harus nikah sama Zahra" potong Gunawan.

"Bara nggak mau! Lagi pula Bara sudah mencintai orang lain!"

"BARA! PAPA MILIH ZAHRA BUAT KAMU KARENA MEMANG DIA PUNYA AKHLAK YANG BAGUS, ZAHRA INI SUDAH TERDIDIK MATANG DALAM SEGALA URUSAN RUMAH, DIA GADIS YANG TAWADLU LAYAK NYA SANTRI. INSYA ALLAH INI YANG TERBAIK BUAT KAMU."

Nafas Albara mengebu-ngebu, susah ternyata debat dengan Gunawan. Tapi, Albara tidak mau kalah, dia akan memperjuangkan perasaan nya. Mulut nya terbuka akan mengatakan suatu sanggahan, namun suara lembut yang terdengar parau mengurungkan niat cowok itu.

"Ngapunten sebelumnya pak," gadis itu membuka suara, air mata nya mengalir membasahi hijab yang ia kenakan.

"Kenapa nak?"

"Sa-saya lebih baik kembali ke desa saja pak, tidak apa-apa. S-saya masih mampu mencukupi kebutuhan disana."

"Jangan Zahra, saya mohon sama kamu. Jangan pergi ya, ayah mu mengamanah kan ini kepada saya, saya nggak mungkin mengingkari" cegah Gunawan.

"Iya pak, saya tau tapi sa-saya juga tidak harus tinggal di rumah bapak. Sa-saya bisa tinggal di desa bersama tetangga-tetangga saya" ucap Zahra dengan santun.

"Kamu bisa tinggal disini Zahra, anggap tante dan suami tante seperti orang tua kamu sendiri" Diana memeluk pundak Zahra, membuat gadis itu terkejut.

"Jangan nangis ya, sayang. Kamu anak yang baik" Diana mengusap air mata Zahra. Dari sana Diana tercegang, saat menatap manik mata Zahra yang tampak seperti...kebiru-biruan? Bukan hanya itu, wajah Zahra juga seperti blasteran.

"Ma!"

"Bara! Kali ini Mama sependapat sama Papa kamu!"

"Tapi ma--"

"Turutin apa kata Mama! Nikah sama Zahra!."

"Ck. Mama sama Papa, sama aja! Nggak pernah ngertiin Bara!" Cowok itu melenggang pergi membawa motor nya, entah kemana.

***

Seorang gadis yang duduk di hamparan sajadah putih dan mukena dengan warna senada tengah berdoa sambil menangis terisak. Dia adalah Nafisa Az-Zahra.

Ya, Zahra.

"Ya Allah, ampuni segala dosa kedua orang tua Zahra, dan terima lah mereka di sisi Mu. Ya Allah, apapun yang terjadi nanti, Zahra ikhlas. Namun, berikan Zahra kesabaran untuk menghadapi nya. Zahra percaya tidak ada satupun yang terjadi di dunia ini kecuali atas kehendak Mu. Aamiin" gadis itu menangis tersedu.

Tok. Tok. Tok.

Mendengar suara pintu di ketuk, gadis itu langsung mengusap bersih air mata nya lalu beranjak membuka pintu.

Tubuh nya sontak menegang, jantung nya bergerak dua kali lebih cepat dari biasanya, tangan gadis itu pun mendadak dingin, kepala Zahra tertunduk takut setelah melihat sosok laki-laki berjaket kulit hitam berdiri di depan nya. Ya, dia Albara.

Cowok itu menatap tajam kearah nya. Dari awal melihat Zahra, kebencian Albara langsung tumbuh. Mungkin karena kehadiran gadis itu, dia tidak bisa mendapat restu untuk melamar Aisyah.

"Batalkan semua ini" ujar nya, dingin.

"Ng-ngapunten kang, sa-saya tadi sudah berusaha, ta-tapi nggak bisa"

"Ibu, bapak njenengan nggih kukuh dengan keinginan mereka" lanjut Zahra, takut-takut.

"Ck. Sialan!" umpat Bara.

Astagfirullah, batin Zahra.

"Semua ini gara-gara lo tau nggak? Kalo lo nggak hadir, semua nya nggak akan serumit ini!" Sentak Albara.

Zahra njingkat, "ng-ngapunten kang"

"Gue akan nikahin lo, dan gue akan secepatnya mencari cara agar kita bisa cerai."

Deg!

***

Next?

ALBARA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang