Pukul 00.35 tengah malam.
Jalanan kota sedikit lenggang, hanya beberapa kendaraan beroda empat yang berlalu lalang. Ketika tengah malam seperti ini, jarang di temui pengendara roda dua seperti sepeda motor dan sejenis nya.
Tidak hanya itu, udara malam ini terasa segar, walau setelah di guyur hujan dua jam yang lalu. Albara mengendarai motor nya dengan santai, tidak seperti biasanya. Dia mungkin sedang menikmati udara segar malam ini.
Beberapa menit kemudian, motor sport milik cowok itu sudah terparkir di pelataran halaman rumah nya. Ketika Albara membuka pintu, pandangan nya langsung tertuju pada seorang gadis yang tengah tidur meringkuk di atas sofa. Ya, dia adalah Zahra.
Albara menghampiri gadis itu, "gue kan ud--"
Mulut laki-laki itu langsung bungkam ketika melihat wajah pucat gadis tersebut, bukan hanya itu, Zahra juga menggigil kedinginan.
Sejurus kemudian, Albara berjongkok tepat di depan wajah Zahra. Dia menatap lekat wajah pucat itu, dengan tatapan yang sulit di artikan. Tiba-tiba satu tangan Albara naik kemudian menyentuh kening gadis berjilbab instan berwarna biru tersebut.
Panas, itu yang di rasakan telapak tangan Albara saat ini.
Merasakan sesuatu yang dingin menempel di kening nya, membuat Zahra terjaga dari tidur. Ketika kedua kelopak mata itu terbuka, yang pertama kali di tatap adalah Albara.
"Astagfirullah, aku ketiduran" Zahra merubah posisi nya menjadi duduk. Sedangkan Albara kembali menegakkan badan nya.
"Njenengan sampun makan, kang?" tanya Zahra, lirih.
"Udah tadi sama anak-anak" jawab Albara, dingin.
"Se-sebentar, tak buat kan teh dulu nggih kang? Biar mboten masuk angin, kan habis bersepeda malam" ujar gadis itu, dengan sedikit menggigil.
Albara memalingkan wajah nya, enggan menatap wajah itu. "Terserah lo, aja" jawab nya, sambil bersedekap dada.
Gadis itu tersenyum simpul, kemudian beranjak berdiri. Tiba-tiba saja, kepala nya terasa pening, kedua kaki nya pun mendadak lemas, dan pandangan mata nya kabur. Zahra memegangi kepala nya sendiri. Dua detik berlalu, pandangan nya semakin gelap, gadis itu pun kehilangan kesadaran nya.
Sebelum kesadaran nya hilang totol, samar-samar Zahra mendengar Albara meneriaki nama nya, detik itu juga dia merasakan tubuh nya seakan terbang ke atas awan.
***
Kedua kelopak mata seorang gadis yang terbaring di atas blankar rumah sakit, terbuka pelan. Cahaya lampu yang menghujam ke arah nya membuat Zahra mengerjapkan mata untuk berinteraksi dengan keadaan. Zahra mendengar samar-samar percakapan dokter dengan seseorang yang dia yakini adalah Albara.
"Pasien mengalami anemia, hal itu yang membuat suhu badan nya naik atau demam. Jangan di anggap sepele penyakit ini, karena anemia juga bisa menyebabkan kematian. Selain itu, mohon di jaga ya Mas, pola makan istri nya. Tubuh pasien lemas karena ia belum menerima asupan apapun, kurang minum air putih juga."
"Ini saya buatkan resep, agar hemoglobin pasien meningkat. Selain obat, kalo bisa istri nya di suruh mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C seperti jeruk, makanan kaya zat besi dan asam folat seperti roti dan sayuran berdaun hijau gelap. Istirahat yang cukup dan jangan bergadang atau tidur terlalu malam, karena itu juga bisa mengakibatkan anemia, mohon di jaga istri nya ya, Mas" terang dokter sambil mencatat resep obat nya.
"Iya, dok. Terima kasih" jawab Albara sambil menerima uluran kertas berisi resep tersebut.
"Resep nya bisa di tebus di apotek rumah sakit dan pasien tidak perlu di rawat inap." Albara hanya mengangguk sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA✔
Teen Fiction● SPIN OFF ARSENIO ● "𝚃𝚎𝚛𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛 𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚝𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐-𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐. 𝙼𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚛𝚊𝚙𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚑𝚊𝚍𝚒𝚛𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝."-𝓝𝓪𝓯𝓲𝓼𝓪 𝓐𝔃-𝓩𝓪𝓱𝓻𝓪. L...