31. PERGI.

1.4K 142 267
                                    

Zahra menunggu suami nya pulang dari setelah magrib sampai menjelang pagi, namun yang di tunggu tidak juga pulang. Makanan yang susah payah dia buat, dingin di atas meja. Selalu seperti ini selama dua minggu terakhir.

Pagi ini, Zahra berniat mengantar kan bekal ke rumah sakit lagi. Meski berkali-kali di tolak, tapi rasa sayang Zahra lebih besar dari pada sakit dalam hati nya. Seburuk-buruk nya Albara, laki-laki itu tetap suami nya.

Setelah melalui 15 menit perjalanan, sampai lah Zahra di rumah sakit tempat Aisyah di rawat. Wanita bergamis biru muda tersebut melangkah menuju ruang 54, tepat di depan pintu yang tidak tertutup rapat, lagi-lagi air mata nya mengalir deras. Lebih deras dari yang kemarin.

Hati kecil Zahra serasa di pukul besi, lalu dihancurkan oleh pedang tajam, terkoyak parah membuat sekujur tubuh nya melemas, jiwa nya ingin terbang bebas tapi masih terbelenggu dalam keadaan ini, di dunia ini. Dia juga tidak mungkin melawan takdir.

Zahra menangis terisak sambil memukul dada nya yang sesak berkali-kali, melihat dua orang dalam ruangan tersebut saling berpelukan erat, membuat Zahra berpikir bahwa dia hanya seorang pengganggu di kisah mereka. Dan parah nya adalah saat mendengar percakapan Albara dengan Aisyah.

"Kamu yang tenang Sya, ada aku disini. Jangan nangis lagi, semua nya pasti akan baik-baik saja" ujar Albara sambil memeluk erat tubuh Aisyah.

"Ba-bagaimana a-aku nggak sedih kak...ca-calon anak ku me-meninggal..hiks! Aku ibu yang jahat!" Teriak Aisyah seraya mencengkeram perut nya sendiri.

Albara mengecup kepala Aisyah, "Stt, kamu nggak sendiri, ada aku yang mencintai mu Sya."

Tubuh Zahra merosot ke lantai rumah sakit yang dingin. Menangis terisak tanpa suara, kali ini hati nya lebih sakit, sangat sakit bahkan rasa nya ia tak kuat bernafas lagi.

"Kasihan banget sih, yang jadi pelampiasan suami sendiri"

Zahra mendongak menatap perempuan berpakaian minim yang tidak asing bagi Zahra. Gadis bertagname Syera yang merupakan sekretaris Albara berjongkok menyamai tinggi Zahra.

"Menyerah saja, lo itu orang ketiga dalam kisah mereka. Jangan berharap jadi tokoh utama dalam cerita ini, karena lo hanya orang ketiga yang dijadikan pelampiasan. Sadar diri, lo cuma pelampiasan"

"Mending cari laki-laki yang bisa--"

"Cukup! Ini rumah tangga saya, dan kamu nggak berhak ikut campur" Zahra bangkit dari duduk nya, saat akan melangkah, perkataan Syera membuat nya berhenti.

"Sampai kapan lo bertahan dalam rumah tangga penuh kepalsuan ini? Albara itu susah jatuh cinta, sekali nya jatuh cinta mustahil melupakan. Gue tau, karena gue teman SMA nya, gue udah buktikan sendiri gimana kaku nya suami lo itu"

"Saran gue, menyerah lah percuma lo bertahan nggak akan ada guna nya" imbuh gadis itu.

Tanpa menanggapi ucapan Syera, Zahra langsung pergi dari sana.

***

Zahra berlari masuk kedalam rumah dengan air mata yang masih mengalir deras. Dia mengambil air wudhu kemudian melaksanakan sholat dhuha untuk menenangkan hati nya.

Dari takbir sampai salam, air mata Zahra masih belum juga reda. Hati dan raga nya lelah, lelah dengan segala nya. Ia tidak bisa terus-terusan seperti ini, Zahra butuh istirahat, butuh tempat untuk menangkan jiwa dan batin nya dari srgala tekanan yang ada.

Zahra meraih sebuah buku sekaligus bulpen di atas nakas, merobek nya selembar lalu menuliskan sesuatu di sana. Setelah selesai, Zahra menempelkan kertas tersebut di pintu lemari.

"Ngapunten kang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapunten kang..kulo nggak kuat, kulo harus pergi..hiks!"

Setelah melipat mukena, Zahra mengambil tas nya. Dia memasukkan beberapa baju yang di rasa cukup untuk dibawa nya ke kampung selama seminggu.

Zahra mengusap air mata nya, lalu beralih mengelus perut nya. "Ikut bunda pergi ya Gio. Maafin bunda ya Gio, bunda memang orang lemah. Bunda udah nggak kuat..dengan semua perlakuan ayah kamu"

Satu jam perjalanan naik bus. Akhir nya Zahra tiba di kampung nya, setelah membayar ongkos angkot, wanita bergamis biru itu mulai berjalan menyusuri jalanan menuju rumah Yanto-ayah angkat nya.

Saat akan menyebrang tiba-tiba...

"NENG AWAS NENG!! ADA TRUK!!"

Deg!

TINN!!

BRAKK!!

Tubuh wanita bergamis itu terpental sepanjang 6 meter, darah segar melumuri aspal jalanan sekaligus pakaian yang ia kenakan. Para warga langsung membantu mengevaluasi korban kecelakaan tersebut. Tidak lama kemudian, mobil polisi sekalian mobil ambulance datang.

Allahu Akbar...lindungi aku dan Gio Ya Allah..

***

Seminggu kemudian.

Seminggu ini Albara menghabiskan waktu nya di rumah sakit untuk mengurus Aisyah, laki-laki itu sama sekali tidak pulang kerumah walau sesaat. Ustad Abdullah memberikan amanah untuk merawat Aisyah sebelum beliau pulang ke Indonesia.

Albara dengan senang hati merawat perempuan itu, sampai dia lupa akan istri dan anak nya, bahkan lupa segala nya.

"Mau nambah lagi nggak Sya?"

"Nggak kak, makasih. Abbah masih belum pulang ya?" Tanya perempuan itu.

"Lusa Abbah pulang, sabar--"

Ceklek.

"Assalamualaikum,"

Pintu terbuka menampakkan seorang laki-laki berkemeja hitam, sarung putih, dan peci putih. Dia Gus Abyan-suami Aisyah yang baru saja pulang dari Jepang karena tugas pertukaran dosen. Aisyah tersenyum haru melihat orang yang ia rindukan pulang.

"Mas Abyan.." lirih Aisyah di pelukan suami nya, perlahan air mata nya merembes mengingat calon anak nya telah gugur seminggu yang lalu.

"Maafin aku..."

"Nggak apa-apa sayang, ini semua sudah takdir Allah. Yang penting kamu selamat dari kecelakaan itu, nggak boleh menyalahkan diri sendiri karena itu sama saja kamu menyalahkan takdir Allah. Ikhlas ya, Allah pasti akan mengganti nya dengan yang lebih suatu hari nanti, insya Allah" tutur Gus Abyan panjang lebar sambil mengeratkan pelukan nya pada istri nya tersebut.

Gus Abyan menatap Albara sedikit kurang suka, siapapun pasti tidak suka ketika istri nya dijaga oleh laki-laki lain, "terima kasih sudah menjaga istri saya, lain kali jangan terlalu fanatik, kasihan istri anda di rumah. Mendingan anda pulang sekarang, tidak perlu lagi mengkhawatirkan Aisyah. Dia istri saya tanggung jawab saya"

"Sekalian titip salam buat Zahra," imbuh Gus Abyan.

Hati Albara mencelos, laki-laki itu bangkit dari duduk nya kemudian berpamitan pulang. Di ambang pintu, tiba-tiba Albara teringat Zahra. Rasa bersalah menyelimuti dada nya, ketika teringat apa yang sudah dia lakukan pada perempuan itu.

Sudah seminggu ini, Zahra tidak mengantar makanan ke rumah sakit. Mungkin Zahra marah, batin Albara. Saat akan melangkah, langkah nya terhenti melihat rantang putih bermotif bunga tergeletak di dekat tong sampah depan ruangan Aisyah.

Albara langsung memungut rantang putih yang mirip dengan milik Zahra. Setelah di lihat-lihat, ternyata rantang tersebut memang milik Zahra, tertera nama perempuan itu di gagang nya.

Albara memeluk erat benda itu, air mata nya mulai mengalir membasahi pipi. "Maafin aku, Ra..aku memang laki-laki yang buruk.." monolog nya.

Albara bangkit dari duduk nya, dia bergerak cepat menuju kediaman nya. Albara tidak sabar bertemu Zahra dan memeluk nya erat, lalu meminta maaf sebesar-besar nya.

Ra, maafin aku..aku pulang sekarang..

***

SPAM 60 KOMENTAR!

ALBARA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang