9. ALBARA PERHATIAN(?)

1.2K 146 7
                                    

"Ngapunten nggih kang, lama." Albara yang sibuk bermain ponsel nya sambil bersandar di sisi kanan mobil langsung menoleh ke arah sumber suara. Seorang gadis berjilbab biru tersenyum hangat kepada nya, sedangkan laki-laki itu menatap balik tanpa minat.

"Masuk!" Titah Albara, dingin. Senyuman hangat itu perlahan pudar, melihat tatapan Albara membuat nya semakin sadar diri. Zahra menghela nafas ketika Albara melewati nya begitu saja, tanpa berpikir panjang lagi, dia pun memasuki mobil. Zahra yakin semua ini akan cepat berlalu.

Seperti biasa, tidak ada percakapan apapun di antara kedua nya dalam mobil. Albara sibuk mengemudikan mobil, sedangkan Zahra sibuk mencari topik pembicaraan yang tidak membuat Albara marah kepada nya.

"Kang, ngapunten nggih. Tadi nggak jadi di buatkan teh" ucap gadis itu, sedikit menggigil. Bagaimana tidak? AC mobil saat ini dalam mode On, di tambah lagi dengan udara malam yang terasa dingin menusuk kulit.

Tidak ada jawaban. Zahra masih menatap Albara untuk sekedar ingin mendapat jawaban dari nya, namun kosong. Laki-laki itu tetap diam di tempat dengan tatapan lurus ke depan, boro-boro di jawab, menoleh untuk sekedar menatap pun, tidak.

"Oh nggih, kang. Besok njenengan berangkat kuliah jam berapa? Biar enak tak siapkan bekal" tanya gadis itu, lagi. Namun, sama. Tidak ada jawaban dari Albara.

Tidak mau memancing emosi Albara, Zahra memilih diam sambil menatap keluar jendela dengan kedua tangan yang memeluk tubuh nya sendiri karena dingin nya udara. Perlahan air mata nya jatuh membasahi pipi, terus seperti itu hingga kesadaran nya mulai menghilang.

Menangis tanpa suara, is another level of pain.

***

Albara menghentikan mobil nya di pinggir jalan, tepat di depan gerobak bubur ayam yang akan berkemas karena sudah pukul 1 dini hari. Cowok itu berharap masih ada stok yang tersisa untuk Zahra.

"Pak, bubur nya masih ada?" Tanya nya.

"Tinggal satu porsi, nak" jawab bapak penjual bubur ayam tersebut.

"Alhamdulillah," gumam Albara.

"Saya beli pak, di bungkus ya. Nggak pake sambal." Pesan nya.

"Baik, tunggu sebentar ya, nak." Albara mengangguk sebagai jawaban.

Laki-laki itu menoleh ke samping, menatap Zahra yang tengah duduk di kursi sebelahnya. Dari sepuluh menit yang lalu, sudah tidak ada lagi suara yang keluar dari mulut gadis itu. Mungkin Zahra marah, pikir Albara.

Cowok itu tadi sengaja tidak menjawab pertanyaan Zahra, karena dia berusaha merendam emosi nya mati-matian, agar tidak terlampiaskan kepada gadis itu.

Teringat sabda Rasulullah SAW yang artinya, 'Dan jika salah seorang kalian marah, maka hendaknya ia diam'.

Satu tangan Albara terulur akan menyentuh kepala gadis itu, namun...suara penjual bubur menghentikan aksi nya. Cowok itu menurunkan tangan nya dan menoleh ke samping kiri.

"Ini nak,"

"Berapa semuanya pak?" Tanya Albara sambil menerima uluran bubur ayam dalam cup wadah tersebut.

"20 ribu saja, nak." Albara mengeluarkan satu lembar uang biru dari dalam saku celana nya, kemudian ia berikan pada bapak penjual bubur tersebut.

"Ini pak,"

"Sebentar saya ambilkan kembali--"

"Tidak perlu pak, kembalian nya buat bapak saja" potong Albara seraya tersenyum.

"Tapi ini kebanyakan, nak"

"Tidak apa-apa, pak. Mungkin ini rezeki lebih yang di titipkan Allah kepada saya untuk bapak. Jadi, mohon di terima"

ALBARA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang