"Ayo turun, udah sampai"
Gadis berjilbab biru itu mengangguk seraya tersenyum. Dia membuka pintu mobil, kemudian keluar dari dalam kendaraan itu. Zahra terkesima melihat pemandangan sekitar monas saat malam hari. Lebih-lebih, langit malam ini terlihat cerah dengan bulan sabit dan taburan bintang yang menghiasi nya.
"Ayo, di sebelah sana ada soto babat" ujar Albara lalu menggandeng tangan Zahra dan berjalan menuju tempat yang menjadi tujuan mereka.
"Dulu kalo di desa--"
"Ck. Gak usah bacot bisa? Berisik tau nggak" decak Albara. Zahra langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
Sesampainya di warung tersebut, Albara langsung memesan dua porsi soto, tanpa sambal untuk Zahra dan pedas untuk diri nya. Mereka kemudian duduk di kursi yang di sediakan.
Tidak ada percakapan apapun di antara kedua nya. Albara sejak tadi sibuk dengan ponsel nya, Zahra tidak tau apa yang sedang di lakukan laki-laki itu. Zahra memilih duduk diam, sambil menunggu pesanan datang.
Zahra kira, malam ini akan menjadi malam terindah nya. Jalan-jalan bersama Albara, tertawa bersama seperti pasangan pada umum nya. Namun, semua itu hanya lah sebatas angan-angan.
"Ini mas, mbak pesanan nya. Selamat menikmati" penjual tersebut, meletakkan dua buah mangkuk di atas meja.
"Terima kasih bu" ucap Zahra.
"Sama-sama" balas nya, kemudian pergi untuk mengantar pesanan yang lain.
"Kang, ini kang. Monggo di makan" Zahra menyodorkan mangkuk milik Albara. Laki-laki tersebut memasukkan ponsel dalam kantung celana nya.
Zahra kira Albara akan segera makan. Namun, cowok itu malah beranjak, berjalan menghampiri dua orang yang sedang memesan soto di sana. Zahra tidak melihat siapa dua orang itu karena ketutupan alulalang pengunjung.
Tak lama kemudian, Albara datang bersama pria paruh baya berbaju kokoh dan seorang gadis berniqob hitam. Zahra tau, gadis itu adalah Aisyah.
"Silahkan duduk, ustad, Aisyah"
"Alhamdulillah, terima kasih Bara. Saya nggak nyangka bertemu kamu disini"
Zahra bangkit dan menyalami Aisyah, sungguh gadis itu sangat cantik dan juga ramah. Saat tersenyum, kedua mata Aisyah akan menyipit lucu. Wajar Albara sangat mengagumi gadis itu.
"Iya ustad, saya sangat beruntung bisa bertemu anda di sini" balas Albara.
"Bagaimana dengan orang tua kamu, Bara?"
"Alhamdulillah, mereka sehat ustad. Papa sekarang tidak sesibuk dulu, sedangkan Mama masih sibuk mengurus restoran"
Tak lama kemudian, penjual soto datang mengantarkan pesanan Ustad Abdullah dan Aisyah. Acara makan malam pun di mulai dengan berdoa, tidak ada percakapan di dalam nya. Hanya dentingan sendok yang terdengar di tambah ramai nya pengunjung warung malam ini.
Zahra bisa melihat laki-laki di sebelah nya yang tidak lain ialah Albara, diam-diam menatap Aisyah dengan tatapan terkagum-kagum. Zahra iri, karena tidak pernah di tatap seperti itu.
Hati Zahra mencelos, saat Albara menampakkan perhatian lebih kepada Aisyah. Laki-laki itu dengan sigap, memberikan Aisyah minuman saat gadis itu kepedasan.
Yang membuat hati Zahra semakin sesak, itu kala kedua nya bertatap mata lumayan lama. Namun, Aisyah dengan cepat memutus kontak mata tersebut.
Zahra menggigit lapisan bibir bagian dalam nya, dia mati-matian menahan air mata nya yang keluar. Albara sejak tadi hanya menatap Aisyah, laki-laki itu tidak sedikit pun melirik dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA✔
Novela Juvenil● SPIN OFF ARSENIO ● "𝚃𝚎𝚛𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛 𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚝𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐-𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐. 𝙼𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚛𝚊𝚙𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚑𝚊𝚍𝚒𝚛𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝."-𝓝𝓪𝓯𝓲𝓼𝓪 𝓐𝔃-𝓩𝓪𝓱𝓻𝓪. L...