20. BUKTI DARI ALBARA.

1.3K 170 44
                                        

Albara turun dari mobil nya, laki-laki berwajah sangar dengan jas hitam yang melekat pas di badan nya itu berjalan memasuki gedung bertingkat yang merupakan perusahaan pribadi milik keluarga GEOVANO. Beberapa karyawan menyapa nya, laki-laki tersebut hanya mengangguk sebagai balasan.

"Selamat pagi, pak Bara. Hari ini anda sangat tampan" sapa Syera dengan senyuman menggoda.

Albara melepas kacamata hitam yang bertengger di hidung nya, menatap Syera tajam, "kalo lo gak bisa profesional, detik ini juga pergi dari kantor gue dan ini berlaku selama nya!"

"Saya sekretaris bapak loh, seharusnya bos dan sekretaris itu saling melengkapi untuk memajukan perusahaan ini" Syera mengaikan tangan nya di lengan Albara.

Cowok itu langsung menepis nya kasar, "tanpa sekretaris pun, gue bisa memajukan perusahaan ini sendiri!"

"Manusia itu makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, jadi--"

"Kalo orang itu kayak lo. Gue gak butuh." Potong Albara, lalu melangkah pergi meninggalkan Syera sendirian di lobby.

Gadis itu menggeram, "lihat aja lo nanti cowok songong! Gue pastikan lo bakal tunduk dalam kuasa gue."

***

"Zahra, ini kamu antar kan ke kantor suami kamu ya?"

Zahra yang sedang mencuci piring seketika menoleh ke belakang, "tapi, kulo nggak tau kantor kang Bara itu dimana, Ma"

"Nanti di antar pak Asep, kamu tinggal masuk saja ke dalam kantor nya. Ini rantang nya, Albara itu suka telat makan kalau sibuk kerja" Diana memberikan rantang putih bermotif bunga pada Zahra.

Gadis itu langsung menerima nya, "nggeh Ma, sebentar kulo tak cuci piring dulu"

"Kamu langsung berangkat saja. Biar Mama yang cuci piring"

"Beneran nggak apa-apa Ma?"

Diana mengangguk, "nggak apa-apa Zahra, udah berangkat gih"

"Nggeh pun Ma. Zahra berangkat, assalamualaikum" gadis itu mencium punggung tangan Diana dengan takzim.

"Waalaikumussalam, hati-hati di jalan. Pak Asep sudah Mama bilangin kok, beliau sekarang sedang menunggu kamu di depan" ujar Diana.

"Nggeh Ma, terima kasih" gadis dengan jilbab hitam tersebut mulai melangkah keluar.

***

Seorang gadis dengan rok hitam bermotif bunga dan jilbab berwarna senada, berjalan sambil menenteng rantang putih berisi makan siang yang dia masak bersama sang Mama untuk Albara.

Ketika akan masuk ke dalam gedung perusahaan ini, dua orang satpam menghentikan langkah Zahra, "pengemis tidak boleh masuk ke dalam perusahaan ini" ujar salah satu yng bernama Samto.

"Maaf pak, saya bukan pengemis. Saya kesini mau bertemu dengan kang Bara" jawab Zahra sopan.

"Kang Bara? Maksud kamu Mas Albara Geovano putra Pak Gunawan Geovano?"

"Iya, pak. Saya istri nya"

Kedua satpam itu saling bertatapan, sejurus kemudian tawa mereka pecah. "Kalo halu jangan ketinggian Neng, nanti kalo jatuh, sakit. hahah. Mbak Syera saja di tolak apalagi Eneng? Bhahahha"

"Mas Bara nggak mungkin tertarik sama perempuan gembel kayak Eneng? Mana ootd nya kampungan lagi. Yang bahenol aja di tolak, apalagi yang gembel? Haduhh"

"Mundur alon-alon Neng, mencintai seseorang yang kayak Mas Bara teh, mustahil oy!" Imbuh rekan Samto.

"Satu lagi Neng, itu softlens nya di lepas saja. Nggak guna, Mas Bara nggak akan tertarik. Boro-boro tertarik, memandang sedetik palingan sudah muak!"

ALBARA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang