3. INSIDENT DI DAPUR.

1.6K 155 3
                                    

Tok. Tok. Tok.

"Assalamualaikum," seorang gadis dengan sweeter biru muda, berdiri di depan pintu rumah Albara dengan senyuman sumringah nya. Tidak lama setelah itu, pintu pun terbuka. Menampakkan seorang gadis berhijab yang sangat asing di matanya.

"Waalaikumussalam, cari sinten mbak?" tanya nya sopan.

"Oh, kenalin. Aku Alana, keponakan nya Bibi Diana. Setiap pulang dari kampus, aku selalu main kesini. Kalo kamu?" Alana mengulurkan tangan nya ramah dan langsung di sambut oleh gadis di depan nya.

"Inggih mbak Ana. Saya Zahra, saya--"

"Masuk!" Seorang cowok langsung menarik tangan Alana, membuat dia sedikit terhuyun ke depan dan alhasil menabrak Zahra tanpa sengaja hingga gadis itu jatuh terduduk.

Alana menepis tangan Albara kasar, dia langsung membantu Zahra berdiri.

"Lo apa-apaan sih Na?! Nggak usah bantuin dia!"

"Kamu yang apa-apaan? Zahra tadi jatuh karena ketabrak aku, ya aku harus bantu dong" decak Alana.

"Silahkan bantu siapapun, kecuali dia." ujar Albara sambil menunjuk Zahra dengan dagu nya. Sedangkan gadis itu hanya diam.

"Kamu ini kenapa sih bang? Nggak ngerti aku sama kamu. Zahra ini baik loh, seharusnya sikap kamu tidak seperti itu" tutur Alana.

"Gue benci sama dia. Jelas?"

"Kenapa?"

"Karena dia, gue nggak dapat restu Papa untuk melamar Aisyah. Dan karena dia, perasaan gue nggak tersampaikan!"

"Mungkin ini sudah menjadi ketetapan yang Maha Esa, dan semua itu bukan salah Zahra sepenuhnya"

"Cukup Na! Nggak usah bela dia!"

"Bang--"

"Pon, jangan bertengkar. Ayo monggo mbak Ana, mau minum apa?"

"Nggak us--"

"Buatin jus tomat sama cemilan buat gue!" titah Albara.

"Inggih kang, tunggu sebentar. Saya buatkan," gadis itu berlalu menuju dapur. Alana berniat membantu Zahra, namun di cegah Albara.

***

"Monggo, jus jeruk nya" Zahra meletakkan segelas jus dan cemilan berupa pisang goreng di atas meja, tepat di depan Albara.

"Loh, Zahra? Kenapa jadi kamu yang nyiapin semua nya? Bi Tutik mana?" suara itu membuat Zahra menoleh, begitu pun Alana dan Albara.

"Bi Tutik sedang sibuk di dapur pak, sedang masak buat makan malam. Oh ya, tadi bu Diana titip pesan ke saya kalau beliau keluar sebentar untuk bertemu teman nya"

"Iya, tadi dia sudah izin sama saya."

"Bapak mau minum apa?"

"Tolong buat kan teh saja, ya Zahra" jawab Gunawan.

"Nggih pak."

Gunawan duduk di sofa sambil menggulung lengan kemeja yang ia kenakan sampai siku. "Alana gimana kuliah kamu?"

"Alhamdulillah, lancar paman."

Albara tiba-tiba berdiri, tanpa mengatakan apapun, cowok itu melenggang pergi menuju ke dapur. Dia menatap seorang gadis yang sibuk membuat teh, dengan tatapan tidak suka. Tanpa babibu Albara langsung menghampiri gadis itu, yang tidak lain adalah Zahra.

"Your acting is great, I'm amazed!"

Zahra tersentak kecil, lalu ia menoleh ke samping dan mendapati Albara yang berada di sana, seketika jantung nya berpacu cepat. "Ng-ngapunten kang, perlu apa? Kok tiba-tiba--"

"Stop cari muka di depan bokap gue!"

Gadis itu menggeleng dengan kepala tertunduk, "sa-saya eng-enggak cari muka, kang"

"Ck. Gak pura-pura polos! Lo pasti sengaja kan, cari muka depan bokap gue? Ngaku aja!"

"Mboten kang, sa-saya nggak pernah punya maksud seperti itu"

"Terus tadi itu apa?!" Albara semakin mendekat membuat Zahra terdesak mundur. Gadis itu mencengkeram kuat-kuat sendok di genggaman nya, sungguh saat berdekatan atau sekedar mengobrol singkat dengan Albara mampu membuat jantung nya berdegup tidak normal.

Albara menatap nya tajam, Zahra semakin menunduk takut. Hingga gadis itu tidak bisa mundur lagi karena punggung nya telah nempel di pintu kulkas. Jantung nya semakin menggila, udara sejuk sore hari ini tiba-tiba terasa panas padahal di dapur terpasang AC.

Bagaimana tidak? Cowok dengan kaos hitam itu berdiri di depan nya dengan jarak sedekat ini, dan baru pertama kali Zahra sedekat ini dengan laki-laki. Ingat! Pertama kali!.

"Jawab!"

Gadis itu sedikit terkejut, "i-itu su-sudah menjadi ke-kebiasaan saya di desa, kang. Setiap bapak pulang dari sawah, saya--"

"BARA! ZAHRA! BELUM HALAL! ASTAGFIRULLAH HAL ADZIM! KALIAN SEDANG APA DISANA?!"

Albara terkejut begitu pun gadis di depan nya, keduanya langsung menoleh ke arah teriakan tersebut berasal. Mereka menangkap sosok wanita paruh baya yang tidak lain adalah Diana-mama Albara tengah berdiri di ambang pintu dapur. Sejurus kemudian, suara cempreng nya kembali menggelegar.

"BARA MENJAUH DARI ZAHRA! MAMA AKAN MENGHUBUNGI PENGHULU DAN MENIKAHKAN KALIAN BERDUA SECEPATNYA!"

Detik kemudian Albara sadar bahwa dirinya sangat teramat dekat dengan Zahra. Cowok itu langsung menjauhkan tubuh nya.

"Ma, Mama salah paham. Bara dan Za--"

"Iya, iya Mama paham, Bara. Kamu anak yang pengertian" potong Diana cepat.

Alis Albara menaut dengan tatapan penuh tanya, "maksud nya pengertian?"

"Kamu ngerti banget kalo mama pengen punya cucu. Jadi, mama pengen cepet-cepet kamu menikah setelah itu buat baby agar mama bisa cepet-cepet punya cucu!" ujar Diana dalam satu tarikan nafas.

Albara terbelalak, "Ini bayi, Ma. Bukan pastel" decak cowok itu.

"Makanya cepetan nikah! Tuh lihat teman-teman mama sudah pada gendong bayi! Emang kamu nggak kasihan apa sama mama?!" solot Diana.

"Ck, ribet banget sih mama. Kan ada Melly, Ma"

Bugh!

"Anak setan! Masa bayi marmud mau Mama pamerin sama teman-teman Mama?! Yang benar saja Bara!"

"Astagfirullah, anak sendiri di katain anak setan, yang benar aja!"

"Kata siapa? Dulu kamu lahir dari batu! Maka nya kamu keras kayak batu!"

"Ini ada apa sih ma, ribut-ribut?" Gunawan dan Alana menghampiri mereka di dapur setelah mendengar suara keributan.

"Nah, pas banget ada Papa! Bara ngebet kawin, Pa!"

Mata Albara melotot ke arah Diana, sedangkan wanita paruh baya itu semakin kesenangan. "Mama udah mutusin kalo, pernikahan Albara dan Zahra akan di laksanakan tiga hari lagi!"

"Nggak bisa gi--"

"Apa sih yang enggak buat mama,"

"Cieee, paman dan bibi sweet banget!" siul Alana.

"Mama akan atur semuanya"

"Ma--"

"Setelah kamu menikah, kamu harus mengelola perusahaan Papa, Bara" sela Gunawan membuat Albara berdecak kesal. Cowok itu melirik kesal pada gadis yang tertawa kecil di depan kulkas.

Shit!

***

Next??

ALBARA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang