12. ALBARA CEMBURU(?)

1.4K 166 17
                                    

"Bangun, bangun!"

Zahra membuka mata nya perlahan ketika merasakan seseorang menepuk pundak nya. Gadis itu mendongak menatap Albara yang berdiri di hadapan nya.

"Astagfirullah, kang Bara. Ngapunten kang, kulo ketiduran" Zahra bangkit dari posisi nya, yang tertidur sambil duduk di jendela sisi pintu.

"Gue kan udah bilang. Nggak usah nungguin gue pulang. Bebal banget sih lo!"

"Ngapunten kang" Zahra menunduk sedih, keromantisan sesaat itu ternyata hanya mimpi. Seharusnya dia sadar, Albara tidak mungkin memperlakukan nya sedemikian rupa.

"Gue nggak butuh permintaan maaf lo. Basi tau nggak? Udah di bilangin berkali-kali tetap aja bebal. Sehari lo nggak bikin gue emosi, kaku ya hidup lo?"

"Ng-ngapunten kulo cuma khawatir sama njenengan" cicit Zahra, ketakutan.

"Nggak usah mencampuri urusan gue. Mau gue pulang malam, nggak pulang berhari-hari, itu urusan gue, bukan urusan lo!"

"Ingat ya, tujuan kita nikah itu cerai. Jadi jangan berharap lebih. Untuk yang kemarin malam, gue nyentuh lo karena pengaruh obat bukan asli keinginan gue. Jadi nggak usah mupuk harapan. Paham?" Imbuh laki-laki itu.

Tes.

Air mata Zahra mengalir dari sumber nya. Dia menggigit lapisan dalam bibir nya agar tidak mengeluarkan isak tangis. Perkataan Albara sangat menyayat dalam ke lubuk hati nya.

Albara berjalan mendekat, "kalo seandainya lo hamil. Gue akan tunggu sampai anak itu lahir, setelah itu kita cerai" bisik laki-laki itu tepat di telinga Zahra.

Deg!

Tanpa merasa bersalah, Albara pergi begitu saja. Tubuh Zahra merosot ke lantai, tangis nya pecah saat itu juga. Demi apapun, hati nya terasa sakit karena perkataan Albara barusan.

***

Dari takbiratul ikhram hingga salam, air mata Zahra tidak berhenti mengalir. Di malam yang sunyi ini, Zahra mengadukan segala keluh kesah nya kepada Allah Tuhan Pencipta Alam. Hanya Dia yang mengerti akan kebaikan setiap makhluk Nya. Hanya Allah, yang paham akan perasaan nya saat ini.

Tidak perlu mengadukan panjang lebar, Zahra percaya, Allah mendengar jeritan dalam dada nya. Gadis itu meraih mushaf Al-Quran, lalu melantunkan ayat-ayat suci itu dengan pelan agar bisa meresapi makna-makna nya.

Setengah jam berlalu cepat. Zahra mengakhiri kegiatan nya. Ia meletakkan kembali Al-Quran ke tempat nya, melipat mukena dan juga sajadah. Saat akan mematikan lampu, kedua mata nya tidak sengaja menemukan kartu nama dengan tag name Alexander Venus.

Zahra teringat waktu pertama kali bertemu dengan pria baik itu di rumah sakit. Yang menjadi pertanyaan nya sekarang, mengapa pria itu memberikan nya kartu nama, padahal mereka belum lama kenal?

"Ini kartu nama saya. Hubungi ke nomor ponsel ini, jika kamu perlu bantuan"

Zahra tersenyum mengingat itu, "ternyata di dunia ini, masih ada orang baik, sebaik beliau" gumam nya.

Ia menyimpan kartu nama pria tersebut ke dalam laci nakas nya. Setelah mematikan lampu dan berdoa, gadis itu mulai menyelami alam mimpi.

***

"Kang, monggo sarapan dulu" sapa Zahra pada Albara yang baru saja menginjakkan kaki nya di lantai bawah.

"Nggak, gue sarapan--"

Tok. Tok. Tok.
Kedua nya menoleh ke arah pintu yang di ketuk.

"Biar kulo yang bukain pintu nya, kang" Zahra melangkah mendekati pintu dan membuka nya.

ALBARA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang