10. MENJEBAK ALBARA.

1.2K 143 12
                                    

Tok. Tok. Tok.

"Assalamualaikum kang, sarapan nya sampun matang. Monggo turun ke bawah" Zahra berdiri di depan pintu kamar Albara dengan senyum mengembang. Kejadian manis kemarin malam, tidak akan pernah ia lupakan. Mungkin ini adalah suatu awal yang baik untuk pernikahan mereka kedepan nya.

Tidak lama kemudian, pintu terbuka menampakkan seorang laki-laki dengan setelan Jas rapi, yang tidak lain adalah Albara. Jantung Zahra berdegup dua kali lebih kencang, ketika manik hitam itu menatap ke dalam mata nya.

"Njenengan mboten ke kampus kang?" Tanya Zahra, memecah kegugupan.

"Bukan urusan lo" jawab Albara, ketus. Cowok itu kemudian berjalan melewati gadis di depan nya. Zahra menghela nafas berat, saat ini tidak ada yang bisa dia lakukan, kecuali sabar menghadapi sifat Albara yang tidak menentu.

"Kang, njenengan mboten sarapan dulu? Kulo sudah selesai masak"

Albara menghentikan langkah nya, lalu berbalik menatap gadis itu, "lo nggak lihat? Gue lagi buru-buru? Hari ini peresmian CEO dan gue hampir terlambat karena ngurus lo kemarin malam."

"Nggeh kang, kulo ngerti. Dan ngapunten kulo nggeh salah. Tapi kalo njenengan mboten sarapan nanti perut nya sakit, kata Mama--"

"Peraturan nomor 2. PIHAK B TIDAK BOLEH MENCAMPURI URUSAN PIHAK A, BEGITU JUGA SEBALIKNYA. Kelima peraturan itu masih berlaku, jangan karena kejadian tadi malam, lo bisa seenaknya. Paham?"

"Kemarin gue hanya kasihan, bukan peduli ataupun perhatian" imbuh nya.

Zahra tersenyum, "nggeh kang, kulo paham. Kalo gitu tak bawakan bekal nggeh kang, supaya nanti bisa di--"

"Nggak usah!" Nada suara Albara sedikit menaik, membuat Zahra kaget.

"Kalo gue bilang nggak ya nggak. Gak usah maksa."

"Ngapunten, kulo cuma khawatir njenengan sakit perut karena belum sarapan" cicit Zahra. Albara melenggang pergi tanpa menggubris perkataan gadis itu.

Sedangkan Zahra menatap sendu punggung Albara yang menjauh dari nya. Teringat belum salim, dia berlari keluar mengejar Albara, namun laki-laki itu sudah melaju dengan mobil nya.

Akhirnya, Zahra kembali ke dapur. Dia duduk di salah satu kursi meja makan sambil menatap sedih semua masakan nya.
"Ya Allah, mau dikemana kan semua makanan ini?"

***

Setelah acara peresmian selesai, Albara langsung menuju ruangan nya. Jika dulu dia sebagai asisten Gunawan, sekarang Albara yang menggantikan posisi papa nya. Ini bukan hal yang mudah, laki-laki itu harus banyak belajar agar dapat membangun perusahaan dengan baik.

"Bara," panggil seseorang, membuat Albara menoleh ke sumber suara. Matanya menangkap sosok Gunawan yang berjalan menghampiri nya.

"Iya, Pa?"

"Sekretaris Papa yang dulu resign karena suatu hal yang penting. Oleh karena itu, Papa sudah mencarikan pengganti nya, untuk jadi sekretaris kamu" jelas Gunawan.

"Kenapa tadi nggak sekalian di kenalin Pa, saat peresmian?"

"Ban mobil nya bocor di jalan, jadi dia terlambat. Nama nya musibah tidak ada yang tahu" jawab pria paruh baya itu, Albara mengangguk paham.

"Dia seumuran kamu, Papa harap kamu bisa profesional dalam bekerja" pesan Gunawan.

"Bara pasti profesional, Pa" balas Albara.

ALBARA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang