15. DIA KAH AISYAH?

1.4K 176 48
                                    

Setelah menyirami bunga di taman, aktivitas Zahra selanjutnya adalah menyetrika baju-baju Albara khusus nya setelan jas yang di kenakan untuk ke kantor. Semua itu Zahra kerjakan tanpa keluhan, karena sejak kecil sudah hobi bersih-bersih rumah.

Gadis itu melangkah mengambil kispray di lemari kamar nya. Ternyata botol semprotan untuk melicinkan pakaian itu kosong. Zahra menepuk dahi nya seraya beristigfar, ia lupa tidak membeli kispray kemarin saat perjalanan menuju ke pasar.

"Aku harus cepat-cepat beli, besok di pake kang Bara ke kantor" gadis itu bergerak cepat mengambil totebag nya. Dia juga tidak lupa meminta izin Albara untuk pergi ke Indomaret sebentar. Namun, tidak ada balasan dari laki-laki tersebut, padahal online.

 Namun, tidak ada balasan dari laki-laki tersebut, padahal online

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin sibuk, batin Zahra. Gadis itu memasukkan ponsel ke dalam saku rok dan melangkah pergi. Sejujurnya Zahra takut keluar sendirian, dia trauma akan kejadian kemarin, tapi ya gimana lagi? Albara sibuk kuliah dan kerja, jadi gadis itu harus bisa mandiri.

Zahra berjalan sendirian di pinggir jalan. Sore itu jalanan kota tidak terlalu padat juga tidak terlalu sepi. Gadis itu menghela nafas lega, di jalanan seperti ini pria-pria kemarin tidak mungkin datang kembali.

20 menit berjalan, akhir nya sampailah ia di Indomaret. Saat akan masuk ke dalam toko swalayan tersebut, tiba-tiba langkah nya terhenti ketika melihat seorang laki-laki yang tidak lain adalah Albara. Cowok itu tengah berbincang dengan gadis berniqob hitam, Albara terlihat sangat lembut kepada gadis itu.

Hal itu membuat Zahra iri, dia bernotabe sebagai istri sah agama dan negara, tidak pernah di perlakukan selembut dan sehangat itu apalagi saat berbincang. Bahkan kadang kala, Albara tidak menanggapi perkataan nya.

Hati nya berdenyut nyeri, baru tadi pagi Zahra merasakan perkembangan laki-laki itu, tapi ternyata semua nya sama. Di cerita ini dia bukan tokoh utama, melainkan hanya sebuah tokoh penghalang. Penghalang cinta Albara dan gadis itu.

"Dia kah Aisyah? Gadis yang merajai hati kang Bara?" Tanya Zahra pada diri nya sendiri.

Air mata nya perlahan jatuh membasahi pipi, "Aisyah itu cantik, tertutup, sholehah, nggak kayak aku. Kalo di bandingkan sama Aisyah, aku bukan apa-apa. Wajar kang Bara sampai segitu nya cinta nya sama Aisyah" monolog nya, mulai insecure.

"Pantas chat ku nggak di balas, ternyata ada yang lebih penting" monolog Zahra, saat melihat chat whattapp nya tidak di balas oleh Albara, boro-boro di balas, di baca saja tidak.

Gadis itu melangkah pergi dari sana. Sungguh hati nya terasa sakit, setelah melayang tinggi tadi pagi, kini di jatuhkan keras oleh realita. Kini Zahra tersadar kembali akan posisi nya dan siapa diri nya.

Semua ekspektasi nya tidak akan menjadi nyata. Seharusnya dia tidak terlalu berharap di awal, agar akhir nya tidak sesakit ini. Air mata Zahra terus keluar tanpa henti, ia tidak peduli dengan orang-orang yang menatap nya bingung. Dia terus menangis di sepanjang jalan.

ALBARA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang