"Zahra dimana Ma?"
Wanita paruh baya yang berdiri di depan kulkas itu menoleh ke belakang, "Zahra tadi udah Mama suruh ke kamar, kasihan kecapean, seharian ini dia bantu Mama beres-beres rumah"
"Lain kali, kalo pulang usahakan jangan malam-malam. Kasihan Zahra, nungguin kamu dari tadi"
"Tapi ini kan--"
"Ck, sekali aja kalo di bilangi orang tua itu nurut, nggak usah pake tapi-tapian! Lagian kamu itu CEO bukan karyawan, nggak usah terlalu pulang malam. Kayak orang susah aja kamu" omel Diana, panjang lebar.
Albara menghela nafas berat, "iya deh, terserah Mama. Bara ke kamar dulu Ma, capek mau tidur"
"Egh, tunggu sebentar Bara!"
Albara membalikkan badan nya, malas, "kenapa lagi Ma?"
"Mama, ini baru saja bikin jus tomat. Nih, cobain di habisin juga nggak apa-apa, di blender masih ada banyak," Diana memberikan gelas berisi jus tersebut kepada Albara, tanpa curiga laki-laki itu langsung meneguk habis minuman tersebut tanpa sisa.
Albara mengembalikan gelas tersebut pada Diana, "enak Ma, besok buatin Bara lagi."
"Iya, besok Mama buatkan lagi, sekarang kamu ke kamar dulu. Mama mau cuci gelas ini, udah sana!" Usir Diana seraya tersenyum penuh kemenangan. Diana dilawan!
***
"Ra, gue pulang"
Albara mengedarkan pandangan nya, mencari sosok gadis yang terus memenuhi isi kepala nya hari ini, namun dia tidak menemukan Zahra di sana.
Albara melepas jas nya dan membuang nya asal, entah mengapa tiba-tiba saja badan nya terasa sangat gerah, padahal AC di kamar itu dalam mode on.
"Zahra, lo dimana sih? Suami pulang kok nggak di samb--"
"Nggeh kang, ngapunten ini baru saja selesai wudhu" gadis itu keluar dari kamar mandi dan langsung berjalan menghampiri cowok itu.
Albara melotot melihat penampilan Zahra. Gadis itu mengenakan baju tidur merah muda yang sangat ketat, tipis, dan menjeplak lekuk tubuh nya yang sedikit berisi dengan sempurna.
"L-lo ngapain pake baju kayak gitu?" Tanya Albara. Laki-laki itu sudah banjir keringat, nafas nya memburu, degupan jantung nya sangat susah dikendalikan.
Zahra tersenyum santai, "ini di kasih Mama kang, katanya daster ini bersejarah dan banyak kasiat nya. Tapi, kayak nya kulo kegemukan deh kang, maka nya daster ini jadi kelihatan ketat"
Albara menepuk dahi nya, "i-itu bukan daster, Ra. Ya Allah, istri polos gue"
"Kalo bukan daster terus ini nama nya apa? Tapi, kata Mama, ini nama nya daster yang di pake tidur"
Astagfirullah, Mama sesat nya kelewatan! Bisa rusak otak polos istri gue, kalo gini cara nya! Batin Albara, kesal.
"Kang, njenengan sampun makan malam tah?" Tanya gadis itu kemudian mengambil alih tas kerja Albara.
Laki-laki itu meneguk ludah nya kasar, saat melihat Zahra kembali berjalan menghampiri nya setelah meletakkan tas di meja kerja Albara.
Gue harus ngapain sekarang, woy?! Zahra masih polos dan gue nggak mungk--
"Arghh! Ra, jangan nempel-nempel!"
"Apa nya yang nempel, kang? Ini kulo mau ngelap dahi njenengan, banyak keringat nya" ujar Zshra sambil menunjukkan telapak tangan nya yang basah sebab terkena keringat laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA✔
Roman pour Adolescents● SPIN OFF ARSENIO ● "𝚃𝚎𝚛𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛 𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚝𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐-𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐. 𝙼𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚛𝚊𝚙𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚑𝚊𝚍𝚒𝚛𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝."-𝓝𝓪𝓯𝓲𝓼𝓪 𝓐𝔃-𝓩𝓪𝓱𝓻𝓪. L...