27. KEMBALI DINGIN.

971 126 51
                                    

"Terima kasih dan selamat datang kembali"

Albara dan Zahra keluar dari Indomaret, sebelum nya mereka pergi ke toko peralatan bayi untuk membeli segala kebutuhan baby G yang di perkirakan lahir lusa bulan.

"Sudah lengkap semua nya kan?" Tanya Albara sambil membuka pintu mobil untuk Zahra.

"Sudah kang. Nanti kita mampir ke warung soto nggeh kang?"

Albara mengangguk seraya mengelus perut istri nya, "iya sayang. Apasih yang enggak buat kamu dan Gio?"

Zahra refleks memukul lengan laki-laki tersebut, "mulai deh bucin nya! Udah yuk kang keburu magrib ini"

"Jangan marah-marah by, nanti tambah cantik"

Bugh!

***

"Udah mau lahiran ya, Ra?" Tanya seorang perempuan berniqob yang tidak sengaja bertemu Zahra di warung soto. Sedangkan Albara mungkin masih dalam mobil.

"Ya, dua bulan lagi mau lahiran. Usia kandungan kamu sekarang sudah berapa bulan?" Tanya Zahra balik sembari mengusap perut besar nya.

"Alhamdulillah udah mau masuk bulan ke empat, Ra"

Zahra tersenyum seraya mengangguk, "kamu sendirian Sya? Gus Abyan mana?"

Aisyah tersenyum, membuat kedua mata nya menyipit lucu, "Mas Abyan, dua hari yang lalu ada pertukaran dosen ke Jepang. Sedangkan Abbah masih umroh ke tanah suci, jadi aku sendirian"

"Jadi di rumah kamu ya sendirian Sya?"

"Nggak Ra, di rumah aku ada Bi Ajeng, jadi nggak sendirian"

"Mbak ini pesanan nya"

Aisyah menoleh, kemudian menerima sebungkus soto yang di sodorkan pada nya. "Terima kasih, bu. Ini uang nya"

"Iya mbak sama-sama. Pas ya uang nya." Aisyah mengangguk lantas tersenyum.

"Ra, aku pulang dulu ya. Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam, hati-hati Sya" jawab Zahra yang di angguki oleh perempuan berniqob tersebut.

Beberapa detik kemudian, pesanan Zahra pun datang, "ini uang--"

"AWAS NENG!"

BRAK!

"AISYAH!!" Zahra terkejut ketika mendengar suara tersebut, wanita itu langsung keluar dari warung dan melihat apa yang terjadi.

Tubuh nya membeku, tidak terasa air mata nya meluncur keluar. Bukan dia egois, atau tidak berperi kemanusiaan, tapi melihat suami nya memeluk perempuan lain dengan penuh kekhawatiran di tengah jalan sana, hati apa yang tidak sakit?

"Tolong ini! Tolong!" Seru Albara, panik. Laki-laki itu memeluk erat tubuh Aisyah yang penuh darah, bukan hanya itu Albara juga mencium kening nya. Membuat hati Zahra semakin tersayat dalam.

Albara menggendong Aisyah lalu memasukkan nya ke dalam mobil, laki-laki itu sama sekali tidak mengingat Zahra. Mobil hitam milik nya, langsung melaju cepat, meninggalkan Zahra sendiri di depan warung soto tersebut.

Zahra terisak, wanita itu berjalan menjauh dari warung agar orang-orang tidak mengetahui kalo diri nya sedang tidak baik-baik saja. Zahra terus berjalan tanpa arah dengan air mata yang tidak berhenti mengalir.

Merasa lelah, dia duduk di kursi taman kota sambil mengusap perut nya, sendirian. Bahu nya bergetar hebat sehebat lara dalam dada nya. Zahra sekarang sadar, kalau diri nya hanya sekedar pengusir sepi dan pelampiasan semata.

Segala ucapan Albara mengenai rasa cinta nya, semuanya palsu. Seharusnya Zahra tidak terlalu berharap lebih pada Albara meskipun laki-laki itu bernotabe sebagai suami nya. Karena nyata nya, Albara belum selesai dengan masa lalu nya.

Zahra menghapus air mata nya, ia tidak boleh lemah mungkin ini adalah salah satu ujian dari Allah, karena tidak mungkin jika suatu pernikahan berjalan mulus, lurus tanpa jeglongan apapun.

"Sabar Zahra, sabar. Semua nya pasti akan berlalu" ujar nya, menyemangati diri nya sendiri.

"Allah tidak akan memberikan ujian diatas batas kemampuan hamba Nya dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Nggak boleh nyerah Zahra!"

***

Semua makanan sudah tertata rapi di meja makan, kini tinggal menunggu Albara pulang. Sudah hampir 2 jam Zahra menunggu sambil menderes Quran nya, namun laki-laki yang ditunggu nya tidak juga pulang.

Zahra masih sabar menunggu. Tak terasa hari semakin malam, makanan di meja makan sana pasti sudah dingin. Perempuan itu juga belum makan apapun, karena menunggu suami nya pulang.

01.02 dini hari.

Setelah sholat malam, Zahra kembali duduk di sofa ruang tamu, menunggu kepulangan Albara. Namun, laki-laki itu tidak juga pulang. Air mata Zahra perlahan merembes, ternyata berjuang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi dia tidak boleh menyerah demi rasa dan bayi dalam rahim nya.

02.34

Zahra menguap beberapa kali, seraya melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul 02.34 dini hari. Wanita itu mengusap perut besar nya, "maafkan bunda ya Gio, kamu pasti capek. Tunggu sebentar lagi, ayah mu pasti pulang"

Tak lama kemudian, terdengar suara mobil yang memasuki pelataran rumah. Senyuman Zahra seketika terbit, wanita itu segera beranjak dan membukakan pintu untuk suami nya. Namun, setelah pintu terbuka, Albara langsung masuk begitu saja tanpa menyapa bahkan melihat nya.

"Kang Bara," panggil Zahra, tapi sang empu tidak mendengar nya.

Air mata Zahra kembali keluar, wanita itu lalu menyusul Albara ke dalam kamar. Saat akan menaiki anak tangga, terlihat Albara sudah keluar kamar dengan beberapa baju yang di bawanya.

"Njenengan mau kemana lagi kang? Wong baru saja pulang kok pergi lagi?" Tanya Zahra, lembut.

"Lo nggak lihat tadi Aisyah kecelakaan? Suami nya di Jepang, Abbah nya sedang umroh di tanah suci. Dia sendirian disana, jadi gue harus kesana" jawab Albara, dingin.

Zahra menggigit lapisan bibir bagian dalam, menahan isak tangis yang hampir keluar. "Kulo nggeh sendirian disini kang," cicit Zahra.

"Ck, kalo manja itu di lihat situasi, situasi saat ini sedang genting. Lo kan sehat, jadi di rumah saja. Gue mau ke rumah sakit, jagain Aisyah selagi abbah dan suami nya masih ke luar negeri"

Zahra menatap sayu suami nya tersebut, hati nya seakan di cabik-cabik mendengar segala perkataan Albara. "Makan dulu nggeh kang? Dari sore tadi njenengan belum makan"

"Gak sempet Ra, gue harus balik ke rumah sakit. Nanti gue makan di sana"

"Tapi, kulo sudah masak buat njenengan kang"

"Makan sendiri saja."

Deg!

Zahra mengusap perut nya dengan air mata yang terus merembes keluar, "makan dulu kang, wong cuma 5 menit. 5 menit saja, njenengan makan di rumah ya?"

"Ck, gue gak sempat Ra. Udah, gue makan di sana saja."

"Tapi kang--"

"GUE BILANG NGGAK YA NGGAK! JANGAN RIBET JADI CEWEK! LIHATEN INI SITUASI NYA GIMANA?!" Sentak Albara, seketika membuat kaki Zahra melemas, dengan kekuatan yang tersisa wanita itu berusaha menompang badan nya sendiri.

Albara berjalan melewati Zahra begitu saja tanpa rasa bersalah, laki-laki itu melajukan mobil nya kembali menuju ke rumah sakit.

Tubuh Zahra merosot ke bawah, wanita itu menangis tanpa suara sambil mengusap perut nya. Sifat Albara kembali seperti dulu, dingin dan pedas.

Sampai kapan aku menunggu lagi Ya Allah? Setahun? Dua tahun? Sepuluh tahun? Atau sampai aku pergi dari dunia ini?

***

SPAM 40 KOMENTAR!

ALBARA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang