18. UNTUNG ISTRI, GUE.

1.3K 169 46
                                    

"Kang, kita mau kemana?"

Albara menoleh ke samping, menatap Zahra yang baru saja sadar dari pingsan nya. "Ke rumah sakit" jawabnya.

"Wes mboten usah kang, kita pulang saja. Kulo mual kalo mencium bau obat, nanti njenengan malah repot"

"Ck! Lo pucat Ra, lo sakit"

"Kulo baik-baik saja kang, nggak apa-apa. Palingan cuma kelelahan, besok pasti enakan. Kita pulang nggeh kang?" Pandangan mata gadis itu sayu, tidak bersemangat. Albara semakin tidak tega melihat nya.

"Ya wes, kita pulang" Albara berbelok arah menuju kediaman nya.

Setelah percakapan singkat itu, keheningan pun mulai menyapa. Albara berkali-kali melirik ke arah Zahra yang duduk diam sambil menatap ke luar jendela.

Tangan Albara naik mengambil bungkusan nasi soto yang ia pesan kan untuk gadis itu tadi. "Ra, ini nasi soto masih hangat, nanti langsung di makan biar perut lo nggak kosong"

Zahra menoleh dan menerima uluran sebungkus nasi tersebut.
"Nggeh, makasih" ucap nya singkat, lalu kembali pada posisi semula.

"Lo jadi beli mangga muda? Di sana ada orang jual--"

"Nggak perlu, kang" potong Zahra cepat, tanpa menoleh.

"Oke." Albara menatap Zahra, bingung. Di sepanjang perjalanan pulang, gadis itu sama sekali tidak berbicara sepatah kata apapun.

Mobil Albara sudah terparkir di pelataran halaman rumah nya. Melihat Zahra yang keluar mobil, laki-laki itu langsung menghampiri nya.

"Gue bantu Ra, biar nggak jatuh. Badan lo masih lemes"

"Nggak perlu, kulo bisa sendiri" tolak gadis itu, halus lalu berjalan mendahului Albara.

Malihat cara berjalan Zahra yang sedikit sempoyongan, Albara kembali menghampiri nya. "Gue bantu masuk ke kamar, nanti lo jatuh Ra"

"Nggak perlu kang, nggak apa-apa kulo bisa sendiri kok" tolak gadis itu lagi.

"Ra--"

"Mendingan njenengan tidur aja," potong Zahra, kemudian melanjutkan jalan nya. Albara menatap punggung gadis itu yang menjauh dengan tatapan yang sulit di artikan.

***

Setelah memasukkan mobil dalam bagasi. Albara masuk ke dalam rumah, berjalan menuju ke kamar. Saat akan menaiki tangga, Albara tidak sengaja melihat Zahra sedang membersihkan meja makan.

Dia kira, gadis itu akan langsung istirahat atau makan, tapi nyata nya salah. Meskipun sakit, perempuan itu tidak pernah berhenti mengurus rumah. Kaki Albara tergerak menghampiri gadis berjilbab biru tua tersebut.

"Lo makan aja, biar gue yang cuci piring" Albara mengambil alih piring dari tangan Zahra.

"Ini tugas kulo kang, njenengan tidur saja"

"Walau gue cowok. Gue bisa kok cuci piring, lo makan aja" ujar Albara, meyakinkan.

Kulo ingin makan bareng njenengan kang, teriak Zahra dalam hati. Lidah nya keluh untuk mengatakan kalimat sesingkat itu, tenggorokan nya serasa tercekat, sehingga kalimat itu hanya bisa ia katakan dalam hati yang mustahil bisa di dengar Albara.

"Ya sudah, makasih nggeh kang" laki-laki itu hanya mengangguk. Zahra berjalan mengambil mangkuk dan sendok di rak, membawanya ke meja, dan mulai memakan bungkusan nasi soto tersebut.

Setelah selesai cuci piring, Albara duduk di kursi sebelah Zahra, menemani gadis itu makan. Hal itu diluar pemikiran Zahra, ia pikir setelah cuci piring, laki-laki itu akan kembali ke kamar nya. Ternyata tidak seperti itu.

ALBARA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang