13. PELUKAN HANGAT.

1.4K 164 11
                                    

"Mama mboten nginep disini dulu? Kan kata nya Papa sedang keluar kota" tawar Zahra.

"Nggak dulu, Ra. Mama banyak urusan di resto, jadi lain kali saja" jawab Diana seraya tersenyum.

Zahra mengangguk paham, "njenengan pulang sendirian naik taksi Ma?"

"Nggak, Mama di jemput pak Asep. Nah, itu pak Asep nya sudab datang. Zahra, Mama pulang dulu ya?" Pamit Diana. Zahra mengangguk kemudian mencium panggung tangan wanita paruh baya itu.

"Nggeh Ma. Hati-hati, Ma"

Tidak lama kemudian, Albara datang. "Mama mau pulang sekarang?"

"Di resto banyak urusan, Bara. Jadi, Mama nggak bisa lama-lama"

"Sama pak Asep kan Ma?" Tanya cowok itu memastikan. Diana mengangguk sebagai jawaban.

"Hati-hati Ma" ujar Albara, lalu menyalimi tangan Diana.

"Jaga Zahra, Bara. Dia tanggung jawab kamu" pesan Diana.

"Iya, Ma. Pasti" jawab nya. Satu tangan Albara terangkat, merangkul pundak Zahra. Gadis itu mendongak menatap wajah Albara dan berandai-andai perlakuan itu menjadi nyata tanpa pura-pura.

Setelah Diana pergi, Albara melepaskan tangan nya dari pundak gadis itu dan melenggang masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Zahra hanya bisa mengusap dada sambil merapal kata sabar. Ya, begitu lah Albara setiap hari nya.

***

"Kang ini kopi nya, monggo di minum. Hati-hati, masih panas soal nya" Zahra meletakka  secangkir kopi buatan nya di meja ruang tamu.

"Kang, kulo tak pergi ke pasar dulu nggeh? Soal nya bahan makanan di kulkas sudah hampir habis" izin Zahra pada Albara yang sibuk dengan laptop nya, padahal ini hari Minggu.

"Pergi aja" jawab Albara singkat. Pandangan nya lurus ke laptop tanpa berminat menatap Zahra. Gadis itu tersenyum seraya mengangguk. Ya, dia tidal boleh berharap lebih. Tidak mungkin seorang Albara mau mengantar nya ke pasar.

Setelah mengambil tas anyaman nya, Zahra kembali berpamitan pada Albara, "kang, kulo pergi dulu nggeh, Assalamualaikum"

Albara masih tetap duduk diam menghadap laptop. Zahra menghela nafas, ia kemudian melangkah pergi dari sana, jawaban salam dari laki-laki itu terdengar 5 menit kemudian.

***

Zahra berjalan kaki dari rumah menuju pasar, sendirian, sambil menenteng tas anyaman nya yang kosong. Gadis itu bersholawat kecil, agar tidak suntuk.

20 menit berjalan, akhirnya gadis itu sampai di tempat tujuan. Tanpa menunggu lama, Zahra langsung masuk ke area pasar dan membeli bahan-bahan yang ia butuhkan, mulai dari rempah-rempah, sayuran, telur, dan ikan.

Zahra tersenyum tipis, ketika melihat beberapa perempuan di temani suami mereka saat belanja. Gadis itu mulai berandai-andai kembali, andai Albara seperti itu, pasti ia akan menjadi perempuan yang paling bahagia. Namun, pada akhir nya, semua angan-angan itu hanyalah khayalan belaka. Tidak akan menjadi mungkin, walau sesaat.

***

Setelah selesai belanja, Zahra kembali berjalan pulang. Di tengah-tengah perjalanan, ia merasakan ada yang mengikuti nya, gadis itu menghentikan langkah lalu menoleh ke belakang. Tidak ada orang.

Zahra mulai takut dan was-was, apalagi jalan yang ia lewati lumayan sepi. Zahra merapal doa dalam hati, dia mempercepat langkah kaki nya.

Sebuah mobil hitam tiba-tiba melintas, lalu berhenti tepat di depan Zahra. Itu bukan mobil Albara. Sejurus kemudian, turunlah dari mobil itu beberapa pria berjas hitam rapi dan memakai kaca mata hitam. Zahra berjalan mundur saat mereka mulai mendekat.

ALBARA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang