Di dalam sebuah ruangan yang besar, terlihat Druff dan Kia yang sama-sama tak sadarkan diri. Namun tak lama setelah itu, Kia membuka matanya perlahan. Saat ia terbangun, ia memegang dadanya yang masih terasa sakit. Keringatnya bercucuran , karena selain merasakan sakit pada dadanya, ia merasa sangat gerah.
Lalu maniknya tak sengaja melihat Druff yang masih saja sama seperti keadaan awal. Pria itu sama sekali tak menunjukkan pergerakan, bahkan pergerakan kecil sekalipun. Matanya masih menutup rapat. Kia berusaha berdiri dan menghampiri Druff dengan langkahnya yang masih tertatih-tatih.
" D-druff? "
Kia mencoba mendekati Druff, namun gadis itu merasa kulitnya terbakar karena suhu panas yang mengelilingi Druff. " Aww.. " Hal itu menyebabkan Kia reflek menjauh dengan cepat , akibatnya tubuhnya menjadi hilang keseimbangan dan ia terjatuh.
Kia jatuh cukup keras dan kakinya sedikit terkilir , ditambah lagi rasa sakit di dadanya yang tak kunjung mereda membuat gadis manik biru itu tak kuat untuk sekedar berdiri.
" D-druff.. Arrghhh, sssst.. " ucap Kia menahan sakit sembari merangkak menghampiri Druff.
Kia tak memedulikan rasa panas yang ia rasakan saat semakin dekat dengan Druff. Ia terus menerobos panas itu, seolah panas yang menyengat bukanlah sebuah halangan baginya. Sedikit demi sedikit gadis itu telah berhasil menggapai Druff.
Kia memegang erat tangan Druff dan mengusapnya lembut. Ia terus memandang wajah Druff dengan tatapan sendu. Kesedihan yang Kia rasakan, ia ungkapkan lewat sorot mata sendunya.
Butir-butir air bening itu tak henti-hentinya mengalir keluar dari mata pemiliknya. Dalam hati , Kia merutuki dirinya sendiri atas keadaan Druff yang sekarang. Panas yang membakar tubuhnya bukanlah apa-apa dibanding kesedihannya saat ini. Bahkan ia tak peduli dengan kulitnya yang mulai melepuh.
Ia mengusap wajah Druff yang berkeringat perlahan seraya terus menangis. Entahlah , melihat kondisi pria ini menjadikan Kia gadis yang begitu rapuh. Mulutnya tak mampu lagi untuk mengatakan banyak hal, kecuali satu kata, " Maaf. "
Kia memeluk hangat tubuh Druff. Ia menangis sesegukan karena tak bisa berbuat apa-apa untuk menolong pria itu. Sambil berharap, jika keajaiban itu benar adanya dan membuat Druff sadar.
Dalam hati Kia , ia begitu takut kehilangan pria yang ada dalam dekapnya kini. Sangat takut.
" Druff, jika boleh aku minta sama Tuhan, aku gak mau kehilangan untuk sekian kalinya. Aku terlalu pengecut untuk itu. Dan aku tidak pernah siap menerima kehilangan. Jadi tolong, jangan buat semua itu menjadi nyata.. " gumam Kia yang tak henti-hentinya mengucurkan air mata.
Gadis manik biru itu melepas pelukannya. Sejenak memandang wajah sayup Druff sebelum akhirnya ia mendaratkan kecupan tipis di kening pria itu.
Cupp..
Kia mendudukkan kembali tubuhnya di lantai, tapi tangannya tak pernah lepas menggenggan erat tangan milik Druff.
Lalu datanglah healer bersama Fredrick kedalam kamar itu. Mereka berdua heran melihat Kia yang tahan dengan suhu panas Druff. Bahkan mereka sedikit merasa prihatin setelah melihat tangan Kia luka akibat terkena panas.
" Gadis ini, dia rela terluka demi terus dekat dengan Druff. "
Sedikit lagi, air mata Fredrick akan jatuh melihat pengorbanan Kia untuk Druff. Tapi lagi-lagi, jiwa Raja Kegelapan mendominasi dirinya.
" Permisi, menyingkirlah sebentar. Aku membawakan obat penawar untuk Pangeran Druff. " kata sang healer pada Kia yang menghalanginya.
Kia memberi ruang healer itu untuk melakukan tugasnya. Healer kepercayaan Raja Kegelapan memberi Druff sebuah pill bewarna kuning sembari mulutnya yang sibuk membaca mantra.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Axton Academy
FantasyAzkia Lauren Alexander berpetualang mencari Mommy-nya di Hutan Desa Sebrang. Hingga sampai membawanya masuk ke dalam sebuah Academy yang sangat asing. Academy yang banyak menunjukkan keanehan dan berhasil membuat Azkia pusing dengan banyaknya deret...