30. Teksataxia

39 5 0
                                    

Dalam gubuk reyot yang minim pencahayaan itu , Kia dan Druff bermalam. Hanya ada 2 obor di dalam. Kia duduk diatas tumpukan jerami untuk menghangatkan badannya. Sesekali ia meringis kesakitan karena luka-luka pada tubuhnya.

Sementara Druff, ia berdiri di tengah pintu melihat cipratan hujan yang menghantam bumi hutan. Suasana disana begitu hening , tak ada satupun dari mereka berdua memulai perbincangan. Mungkin memang tak ada yang ingin dibicarakan. Lumayan lama keheningan itu. Sampai disaat Kia merintih sakit , " Arrghhhh.. " , Kia meraba dahinya.

Lamunan Druff terpecah ketika mendengar rintihan itu. Ia seketika berpaling dari deru hujan.

" Kenapa? " tanya Druff yang beranjak dari tempatnya.

" Gakpapa.. "

" Itu keluar darah.. "

Kia mengusap darah yang entah mengapa bisa mengalir lagi di dahinya. " Ssss.. "

" Coba saya periksa. " pinta Druff.

" Gak usah, gue gak selemah itu. Lagian lukanya luka kecil, gak sakit! " jawab Kia sedikit kesal.

Huftt, Druff menghela napas.

" Jangan bohongin diri sendiri kalau gak kuat. Jangan dipaksa harus pura-pura. " kata Druff sembari duduk disamping Kia yang menatapnya.

Disana, hujan semakin deras. Bahkan suaranya sedikit meredam suara yang lain.

Krucukk.. Krucuukk..

Gluduuukkkk.... Jedeerrrr...

Tiba-tiba petir dan guntur datang bersamaan , menyebabkan gadis itu bergerak reflek memeluk tubuh Druff dan memejamkan matanya. Pelukannya begitu erat, menyiratkan sebuah ketakutan karena suara guntur itu.

Druff membelalak kaget karena Kia tiba-tiba melingkarkan tangannya di tubuh Druff.

" Jangan keterusan. "

Kata-kata Druff berhasil membuat Kia tersadar akan apa yang ia lakukan. " Gue takut. Hiks.. Hikss " , jawab Kia sedikit lemas.

" Saya risih. Tolong lepasin. "

Druff berusaha melepas kedua tangan Kia yang melingkar di pinggangnya. Namun saat tangannya berhasil ia lepaskan, Druff mendapati gadis itu tak sadarkan diri.

" Kiaa.. ? Kiaa.. ? " ucap Druff berusaha membangunkan Kia dengan menepuk-nepuk pipinya..

Kia tetap tidak membuka kelopak matanya. Druff membaringkan lagi tubuh Kia diatas tumpukan Jerami.

" Badannya sangat dingin. " ucap Druff saat memegang tangan Kia.

Druff berinisiatif untuk membuat api unggun kecil disekitar mereka. Ia beranjak pergi untuk mengumpulkan ranting-ranting disekitar gubuk reyot tersebut. Namun saat ia akan pergi, tangan Kia memegang tangan Druff. Dikiranya gadis itu telah bangun, nyatanya ia masih tak sadarkan diri.

Disaat Druff berusaha melepas genggaman tangan Kia , gadis itu mengigau.

" Jang-an per-gi.. Jangan per-gi.. " , itulah kata-kata yang Kia ucapkan ditengah ketidaksadarannya. Berulang kali gadis itu mengatakan kata yang sama.

Druff kembali duduk di samping Kia. Ia benar-benar bingung apa yang harus dilakukan untuk menyadarkan gadis itu.

" Jangan pergii!!! " , tiba-tiba Kia menjerit dan terbangun. Napasnya terengal-engal. Badan yang mulanya sangat dingin menjadi berkeringat.

" Apanya yang jangan pergi? " tanya Druff.

Kia melihat Druff ada disampingnya, dan lagi-lagi ia memeluk Druff. Kali ini pelukannya lebih dalam seperti seseorang yang takut kehilangan.

The Axton AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang