12. Detakan Berbeda

42 8 0
                                    

Kia sedang duduk menyendiri di rooftop. Menikmati tiap hembusan angin malam yang menyentuh tubuh dan wajah manisnya. Menatap bintang-bintang yang bersinar di langit yang gelap. Diantara banyaknya bintang yang ia tatap , hanya satu bintang yang sinarnya paling redup." Aku adalah bintang yang redup itu. " ucap Kia dengan nada lembutnya sembari menahan genangan air mata yang menunggu untuk jatuh.

" Lo lagi sedih?" suara itu membuat Kia memalingkan wajahnya ke arah pemilik suara.

" Kevin? "

" Lo ngapain disini? Lagi sedih? "

Kevin berjalan menuju sudut dimana Kia duduk. Ia mendudukkan tubuhnya sedikit lebih dekat dengan Kia.

" Enggak. Cuma cari angin. " jawab Kia memandang pria yang kini duduk disebelahnya.

" Entar sakit loh kena udara malam."
" Kalo Lo gamau cerita ke gue sih , gapapa gue gak maksa." sambung Kevin sembari memberikan senyuman manis pada Kia.

" Guee .. cuman sedih karena tadi gue gak berhasil dapat weapon." jawab Kia dengan menatap Kevin lalu kembali menatap langit yang menjadi atapnya sekarang. " Lo ngapain disini? " sambung Kia.

" Gue lagi suntuk aja di kamar. Jadi kesini deh."

Keheningan tercipta diantara keduanya cukup lama. Hingga Kevin membuka suara.

" Kia .. "

" Hmm .. "

" Dulu .. saat gue lagi kecewa sama seseorang atau suatu hal , Mami gue selalu bilang hal yang sama ke gue." Kevin yang biasanya selalu bersikap konyol , kini berubah menjadi sedikit lembut dan mellow.

" Apa?" tanya Kia dengan menatap wajah tampan Kevin.

" Ada banyak hal yang gak bisa Lo ubah dan kendalikan. Tapi .. ada satu hal yang pasti bisa Lo kendalikan. " ucap Kevin pada Kia tanpa memandang wajah manis perempuan yang ada di sampingnya itu.

Kia yang mendengar itu hanya menatap Kevin menunggu pemilik suara itu melanjutkan kalimatnya.
Kevin yang kini menatap Kia mengerti ekspresi wajah gadis yang disampingnya itu sedang menunggu lanjutan dari ucapannya. " Gak usah tegang. " ledek Kevin ke Kia.

" Apaan sih gue gak tegang kali. " Kia menjawab ledekan Kevin dengan tersenyum dan kembali menatap bintang yang bertaburan.

" Satu hal yang bisa Lo ubah dan kendalikan adalah bagaimana Lo merespon setiap kejadian itu. Sebenarnya Lo gak perlu sedih karena gak bisa dapet weapons. Karena emang Lo gak bisa mengendalikan itu semua." sambung Kevin menatap gadis pemilik manik biru itu.

Kia yang awalnya menatap bintang kini mengalihkan pandangannya ke arah Kevin setelah mendengar apa yang Kevin bilang pada dirinya. Seolah kata-kata Kevin berhasil membuat Kia sedikit tenang daripada sebelumnya.

" Ternyata Lo bisa serius juga ya? " kini Kia yang meledek Kevin sembari tersenyum sedikit tertawa.

" Bisa aja Lo."
" Ya emang ini adalah dua kepribadian gue yang jarang orang tahu. Hanya orang tertentu aja. Makanya Lo jangan buru-buru nilai seseorang."

" Jadi gue termasuk orang tertentu itu dong? " ucap Kia setengah tidak menyadari apa yang dia ucapkan. Beberapa detik kemudian Kia menyadari jika yang dia ucapkan tadi itu bukanlah dirinya yang biasanya. " Ee... eh maksud gue.. "

Kia mendadak gagu didepan Kevin yang menatapnya tajam. Kevin yang duduk tak jauh dari Kia sedikit memajukan kepalanya hingga hanya berjarak sekitar 5 senti dengan wajah Kia.

" Lo ngarep ya? " ucap Kevin pada Kia yang menatap dirinya tajam dan memundurkan wajahnya kembali seraya tertawa.

Kia yang jantungnya berdetak kencang , tubuhnya sedikit lemas tak menjawab ucapan Kevin , hanya memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

The Axton AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang