Chapter 27

531 83 139
                                    

Jeongyeon berbalik dan mendorong gagang pisaunya jauh ke dalam bagian tengah penyerang. Darah otomatis mengalir dari luka itu...dan itu begitu banyak.

Tubuhnya jatuh ke lantai, tapi lebih banyak gerakan dari belakang Jeongyeon. Dia kembali berbalik dan mengangkat senapannya.

Itu beberapa seragam yang familiar, membuat Jeongyeon bernapas lega dan melambaikan tangannya ke bawah lalu kembali untuk membawa temannya yang terluka.

Dia tidak bisa menyeretnya dari hamvee yang mulai terbakar, jadi Jeongyeon mengangkatnya ke atas bahunya. Keringat dan darah menetes di wajah Jeongyeon, hingga membasahi pakaiannya.

Dia segera menempatkan temannya yang terluka pada timnya yang lain, dia bisa mendengar deru pelan hamvee kelompok lain yang mulai mendekat. Lebih banyak teriakan dan serangan musuh lainnya.

Mereka menyerang Jeongyeon, dia bisa mendengar siulan dan melihat sebuah tembakan RPG menuju ke arahnya.

Dia melompat dengan energi terakhir yang ia miliki, mencoba menyelamatkan dirinya. Tapi kemudian dia ingat temannya.

"TIDAK!!!"

Jeongyeon terlambat untuk melompat keluar saat rudal itu mengenai salah satu hamvee yang sudah rusak, membuat besi tua itu beterbangan. Kegelapan mulai menghampiri Jeongyeon dan kemudian ledakan lain terjadi.

"Hah hah hah..."

Pikiran Jeongyeon akhirnya mendorongnya keluar dari mimpi buruknya. Dia terengah-engah, mencengkeram luka lamanya yang sudah sembuh.

Dia merasakan sebuah tangan di atasnya, mencoba menenangkannya. Matanya fokus dan mengunci ke arah salah satu putri nyonya Park.

"Tidak apa-apa, bernapas untukku Jeongyeon..."

Momo menangkup wajah Jeongyeon dengan satu tangan, sementara yang lainnya ia letakan di atas jantung pria itu, merasakan ritme yang tidak wajar.

"Bagus, itu bagus..." ucap Momo lembut saat nafas Jeongyeon melambat, begitu juga dengan jantungnya.

Jeongyeon duduk dan menyandarkan punggungnya ke permukaan sandaran sofa, tempat ia tertidur. Momo bergerak mundur darinya, memberinya ruang untuk bernapas.

Melihat ke arah depan, Jeongyeon bisa melihat matahari pagi memuncak di atas langit, menyinari balkon tempat mereka berada saat ini.

"Apa kau baik-baik saja?" Momo bertanya dengan suara yang lembut.

"Ya, aku baik-baik saja..." Jeongyeon bangun dari sofa untuk meregangkan tubuhnya.

"Terima kasih, Momo. Aku permisi dulu..." Jeongyeon mulai beranjak dari balkon untuk pergi ke dapur dan Momo mengikutinya dari belakang.

"Jeongyeon, bicaralah padaku..."

"Aku baik-baik saja, Momo. Itu hanya mimpi buruk..." dia masih menatap Jeongyeon.

"Uhm oke...jadi..." Momo berhenti sejenak dan berjalan untuk mengambil piring dan juga roti.

"Sarapan?" tanyanya menoleh ke arah Jeongyeon dan menunggu jawabannya.

"Tidak, terima kasih Momo. Aku harus segera mandi dan menemui timku dulu..." Jeongyeon seketika mengingat janjinya pada Mina, dia pun segera menolak tawaran baik Momo padanya.

Momo terlihat kecewa dan Jeongyeon tidak punya pilihan lain selain membiarkannya. Dia hanya tidak ingin Mina salah paham lagi padanya.

"Aku duluan, Momo..." Momo menganggukan kepalanya dan terus memerhatikan punggung Jeongyeon yang perlahan mulai menjauh darinya.

5 heart & 1 love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang