Setiap kali bermimpi buruk ataupun gelisah didalam tidurnya, Renggana terbiasa untuk memeluk tubuhnya sendiri. Hal ini akan selalu dia lakukan ketika neneknya sedang tidak berada disampingnya.
Jika Saraswati bersama dengan cucunya ini, sudah dipastikan bahwa Renggana tidak akan sesakit ini. Setidaknya wanita berusia lanjut itu akan mengompres atau memberikan obat penurun demam.
Namun sayangnya, gadis itu sedang sendirian sekarang.
Setidaknya itulah yang dia rasakan sampai akhirnya Renggana merasakan hawa dingin merayap disekitar dahinya. Keringat yang mengucur deras pun mulai hilang sedikit demi sedikit.
Perlahan namun pasti tidur Renggana mulai terasa sangat nyaman. Senyaman itu seolah Renggana bisa merasakan pelukan Saraswati.
Tapi lama kelamaan, pelukan yang dia pikir hanya khayalan semata mulai terasa begitu nyata. Terlalu nyata untuk disebut sebagai mimpi.
Apalagi belaian lembut tidak pernah berhenti menelusuri rambutnya yang sedang lepek.
Masih mencoba berfikir positif, Renggana berusaha membuka matanya yang terasa berat dan berharap bahwa dirinya tidak sedang ketindihan Jin atau setan alam ghoib.
Namun bukannya lega, Renggana justru dibuat begitu ketakutan disaat dia melihat tubuh seseorang berbaring menyamping tepat dihadapannya.
"Akkhhhhhh!" gadis itu menjerit lantang dan mendorong dada bidang yang menutupi pandangannya.
Renggana refleks bergerak mundur cepat hingga dia hampir saja terjatuh dari ranjang. Namun belum sempat dia terpelanting, sebuah tangan kekar sudah lebih dulu menarik tangan dan merengkuh pinggangnya.
Dengan gerakan selembut mungkin, Edzsel membawa kembali tubuh Renggana kedalam pelukannya. Wajah gadis itu terbenam didalam dada Edzsel.
Aroma maskulin dari kemeja hitam pemuda itu menyeruak begitu saja kedalam otak Renggana. Yang anehnya membuat gadis itu merasa nyaman.
Dia sampai lupa untuk memberontak. Tapi begitu ingat bahwa ada orang asing didalam kamarnya, dan merasa akan ada bahaya yang menimpanya jika dia tidak segera bertindak. Renggana pun memukul keras tubuh Edzsel dengan sangat random.
"Sssstttt ... tanganmu yang kecil ini bisa patah jika kau gunakan untuk memukulku terus." Edzsel merasa begitu terhibur dengan tingkah lucu gadisnya itu.
Renggana yang sangat familiar dengan suara itu pun berhenti bergerak dan mencoba berpikir lebih jernih. Apalagi sekarang Edzsel sedang mengunci pergerakannya. Gadis itu sedang dalam posisi tertelungkup diatas tubuh Edzsel.
Pemuda itu menahan kaki Renggana menggunakan kedua kakinya yang jenjang. Lalu tangan kanannya digunakan untuk menahan punggung dan kepala Renggana agar tidak dapat melihat kearah lain selain kemeja bagian depannya. Sedangkan tangan kirinya digunakan untuk menggenggam jari jemari tangan kanan Renggana.
"E-Edzsel?"
"Iya, sayang?"
Deg!
Rasanya jantung Renggana kali ini benar-benar terkena serangan hebat. Dia tidak mampu mengelola informasi yang ada.
Tentang bagaimana Edzsel bisa berakhir didalam kamarnya, atau mengenai alasan pemuda itu menahannya dalam posisi seperti ini. Renggana benar-benar tidak tahu harus berpikir kearah mana karena dia sedang sibuk menetralkan debaran jantungnya sendiri.
"Kenapa diam? Kau masih mengantuk, Nana?"
Menghentikan aktivitasnya yang sedang memainkan jari mungil Renggana, Edzsel pun melepaskan tangan dan punggung gadis itu. Dia kemudian menangkup kedua sisi dari pipi gadisnya agar Renggana bisa melihat wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Escape: Look At Me, Your Devil Angel
Mystery / Thriller"Merindukanku, sayang?" Suara itu. Senyuman iblis itu. Wajah yang tersenyum seolah tak berdosa yang pria itu tunjukkan membuat hati Renggana mendadak berubah menjadi remah roti yang siap hancur kapan saja. "Ba-bagaimana kau bisa ada disini?" "Itukah...